Wafat, Band Death Metal Asal Sidoarjo Suarakan Kesetaraan Gender
Wafat, band death metal asal Sidoarjo, Jawa Timur, gencar menyuarakan kesetaraan gender melalui album Feminism. Band yang terbentuk 1996 ini memiliki tiga personel, yakni Frank Mufti sebagai vokal, Bangkit Al Azhar drummer, dan Raka Maulana posisi gitar.
Selama 27 tahun berkiprah di dunia musik metal, Wafat gencar suarakan realitas perempuan tidak hanya di Indonesia, namun juga di berbagai negara lain seperti Amerika, Belanda, Italia, Jerman, Perancis, Spanyol, Jepang, dan Malaysia.
Menurut Frank Mufti, album Feminism adalah sebagai wujud kepedulian terhadap para kaum perempuan.
Tidak seperti band death metal pada umumnya yang berbicara mengenai kematian, Wafat justru menciptakan album Feminism sebagai bentuk dukungan terhadap kesetaraan gender mengenai kepedulian atas realitas yang terjadi pada perempuan.
"Ini sebenarnya sebagai sarana perjuangan dan penyadaran juga terhadap masyarakat, terutama di dunia metal sendiri, bahwa banyak yang bisa kita sampaikan, realitas perempuan contohnya, seperti pelecehan, kekerasan dan segala kasus yang terjadi, agar masyarakat lebih tanggap terhadap perempuan," ucap Frank, Selasa 31 Oktober 2023.
Ada 10 lagu di album Feminism Wafat. Di antaranya ada Misoginis tentang tindakan kebencian terhadap perempuan, Kuasa Amoral tentang sistem patriarki yang menjerat perempuan, Replika Kasat Mata tentang fenomena sporadis yang menjadikan perempuan sebagai objek seksual.
Sexual Tanah Perempuan mengenai perempuan dan perjuangannya dalam bertahan dan melawan sistem dominasi, Alienasi Kontrabasi mengenai sangkut paut budaya dan religiusitas yang merendahkan perempuan.
"Wafat tidak hanya sekedar menyuarakan tentang pelecehan dan kekerasan perempuan, namun juga mengenai hak-hak perempuan termasuk hak dalam berpolitik," jelas Frank.
Lagu Feminism mengenai pergerakan perempuan dalam memperjuangkan hak-haknya dalam meraih kesetaraan gender dan Glorify Woman berbicara tentang segala hak perempuan, salah satunya adalah mengenai hak berpolitik.
"Representation perempuan di Indonesia dalam bidang politik dapat dikatakan masih jauh dari harapan. Perempuan yang terjun dalam dunia perpolitikan tak jarang masih terbelenggu dengan latar belakang, budaya patriarki ataupun perbedaan gender," tuturnya.
Di samping mengamankan hak berpolitik bagi perempuan, lanjut Frank, Pemerintah juga harus bisa menjamin keamanan hak-hak politik setiap perempuan sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dan asas Pancasila. "Jadi seluruh perempuan Indonesia nggak takut ketika harus terjun dalam politik terlebih ikut serta di Pemilu 2024," tutur pentolan Wafat ini.
Sementara itu, Bangkit Al Azhar menyampaikan segala pihak harus mendukung penuh usaha dalam meraih hak-hak perempuan. Perlu usaha penyadaran dan pemahaman menyeluruh untuk memberi suasana dan ruang aman terhadap perempuan agar tujuan dan kesetaraan gender tercapai di bidang politik maupun lainnya.
"Semua itu dimulai dari lingkungan terkecil. Keluarga, tetangga, lingkungan luar maupun masyarakat juga pemerintahan," terangnya.
Bangkit berharap, band-band death metal lainnya turut berkontribusi serta menyuarakan perihal perempuan sebagai usaha mewujudkan peraihan hak-hak perempuan, baik hak berpolitik dalam songsong Pemilu 2024 ataupun hak hidup lainnya layaknya isi dari perjuangan di album Feminism.
Lima album telah dirilis Wafat. Antara lain Cemetery Of Cellarage (1997), Surga Itu Gelap (2009), Exhausted Soul (2011), Doxa (2018), dan terakhir album Feminism (2022).