Waduk Gondang Lamongan Antara Mitos dan Fakta
Waduk Gondang Lamongan kembali meminta tumbal. Kali ini menimpa rombongan pemancing. Perahu yang mereka tumpangi oleng dan akhirnya tenggelam, Minggu 6 Februari 2022. Setiap kali ada korban tenggelam di kawasan perairan Desa Sekidang, Kecamatan Sambeng, selalu dikaitkan dengan mitos yang ada di wilayah setempat.
Korban tewas adalah Edi Kurniawan, 33 tahun beserta anaknya, Ivan Kurniawan, 6 tahun , warga Desa Wudi, Kecamatan Sambenh serta Wahyu, 21 tahun asal Desa/Kecamatan Kedungpring.
Konon, mitos seputar waduk karena siluman ular meminta tumbal. Lebih misteri lagi, dasar waduk terbesar di Lamongan itu juga dipercaya terdapat lumpur pengisap. Siapa saja yang tenggelam bakal sulit ditemukan karena ditelan lumpur pengisap tersebut.
Kepala Desa Gondang Lor, Kecamatan Sugio (wilayah terluas kawasan waduk), Dian, tak memungkiri bahwa ada cerita turun temurun kawasan Waduk Gondang angker. Dulu, ada siswa Pramuka tiba-tiba kesurupan di lokasi tersebut.
"Tapi, semua itu tergantung orangnya, percaya atau tidak itu terserah. Terpenting kami hanya bisa berpesan siapa pun pengunjung di Taman Wisata Waduk Gondang tetap bisa menjaga sopan santun dan totokromo (tata krama). Tapi, saya kira di tempat mana pun sikap baik itu tetap harus dijaga," tuturnya.
Menurut pengamatan mata bathin seorang supranatural muda asli Lamongan, Mas Ndoko, siluman ular di Waduk Godang itu benar adanya. Tapi, dia menyangkal jika dikaitkan dengan tugasnya sebagai pengikut atau penjaga Dewi Sekar Dadu.
Diketahui, kawasan Desa Gondang Lor di luar kawasan waduk juga terdapat makam yang dipercaya sebagai makam Dewi Sekardadu. Menurut Mas Ndoko, Dewi Sekardadu merupakan putri raja Blambangan, Banyuwangi yang lari ke Lamongan untuk mencari anaknya, yaitu Joko Samodro.
Joko Samodro sendiri adalah Raden Paku, adalah Sunan Giri. Saat itu dibuang atas perintah Prabu Minyak Sembuyu atau Minak Jinggo, Raja Kerajaan Blambangan, Banyuwangi. Raden Paku merupakan anak Dewi Sekardadu dari suami Syech Maulana Ishaq, yang menikahinya, setelah berhasil mengobati penyakitnya.
Pencariannya hingga ke Gondang karena daerah ini dikenal gemah ripah loh jinawi. Tanahnya subur dan sangat makmur.
"Siluman ular dan Dewi Sekardadu tidak ada kaitanya sama sekali. Siluman ular ada sejak sebelum kedatangan Dewi Sekardadu. Maaf ini saya bukan dari sudut sejarah lo ya, tapi menurut mata bathin saya," tuturnya.
Tapi, apakah betul korban tewas tenggelam merupakan tumbal siluman ular? Mas Ndoko tidak membenarkan atau membantahnya. Ia menyikapi itu semua karena kersaning (kehendak) Allah. Bisa jadi, sambung dia, hanya sekadar prolog yang dikait-kaitkan dengan mitos.
"Cuma memang nomor satu ya karena keteledoran, karena mungkin manusianya sendiri. Ketika hendak melakukan sesuatu tidak berdoa dulu atau permisi gimana kan bisa. Termasuk sopan santun dan totokromo. Terus kondsi alam juga bisa. Banyak faktor, paling tidak semuanya itu menyumbang 30 persen," terangnya.
Menyinggung misteri lumpur pengisap, Mas Ndoko mengatakan memang ada. Penjelasannya, sebelum ada waduk ternyata ada aliran sungai. Terdapat pusaran yang merupakan sumber mata air.
"Kalau menurut ilmu kimia dan fisika, memang itu ada memang bisa terjadi pusaran. Tempatnya di situ. Bukan di airnya atau di atasnya, tapi di bawahnya," tandasnya.
Lantas, bagaimana jika secara logika tenggelamnya perahu di Waduk Gondang? Menurut warga setempat, Zamzami dan kawan-kawan berangkat memancing tak pakai logika. Khususnya memilih perahu yang dipakai untuk memancing.
Biasanya perahu berukuran panjang 6 meter dengan lebar 1 meter hanya dinaiki dua orang. Tapi, saat kejadian dinaiki empat orang. Otomatis beban berat bibir perahu lebih dekat dengan permukaan air.
Apalagi, jika perahu kemasukan air karena terjadi ombak akibat terpaan angin kencang. Kemungkinan oleng lebih besar.
"Apalagi hanya menggunakan tenaga manual denga dayung. Tidak seperti perahu ini, pakai motor. Jadi kalau panik sambil mendayung ya bisa-bisa terguling," kata wargà yang saat di lokasi kejadian berdekatan dengan Camat Sambeng, Eko Tri Prasetyo.
Sementara itu, Kapolres Lamongan AKBP Miko Indrayana mengatakan masyarakat yang berkunjung ke Waduk Gondang, apalagi memancing atau menikmati wisata air dengan perahu agar mengutamakan keselamatan diri memperhatikan kondisi cuaca.
"Selain itu kepatuhan terhadap kearifan lokal bisa diperhatikan. Inilah yang harus kita edukasikan bersama-sama kepada masyarakat," terangnya.