Wabah PMK, Peternak Sapi di Surabaya Karantina Sapi 18 Hari
Penyakit mulut dan kuku (PMK) sangat meresahkan para peternak sapi di Surabaya. Sebab, hal tersebut bisa membuat harga sapi melonjak naik sampai tiga kali lipat.
"Kalau PMK tak tertangani otomatis harga sapi di Surabaya naik dua sampai tiga kali lipat. Ya otomatis resah," kata salah satu peternak sapi, Suyatno.
Ia harus teliti jika kulakan sapi dari luar daerah. Caranya, ia mengecek kondisi sapi. Ia akan melihat apakah mulut dan kaki hewan ternak tersebut menunjukkan tanda-tanda terinfeksi PMK atau tidak.
Jika dipastikan sehat, Suyatno tetap melakukan karantina sapi tersebut selama 18 hari, setelah didatangkan. Hal ini untuk menghindari kemungkinan penyebaran PMK ke sapi lain.
“Kalau mulutnya mengeluarkan liur berlebihan, terjadi pembengkakan atau kemerah-merahan, terus kakinya itu luka itu sudah dipastikan kena PMK. Jadi, jangan dipilih,” ucapnya.
Untuk menjaga agar sapinya tetap sehat, Suyatno juga selalu menjaga agar kandang selalu dalam kondisi bersih. Selain itu, hewan ternak tersebut juga harus dimandikan pada setiap pagi.
“Setelah mandi, karena ada wabah PMK kami tunggu setengah jam, terus disemprot pakai desinfektan untuk menghalau virus terus dikasih makan,” ujar dia.
Tak dipungkiri, sejak adanya PKM Suyatno sendiri juga mengaku takut membeli sapi untuk dijual kembali. Mengingat, ia memiliki peternak langganan di daerah dengan tingkat penyebaran yang tinggi.
Suyatno pun menahan diri untuk membeli sapi-sapi dari luar daerah Surabaya. Hal ini bakal dilakukannya hingga pemerintah menangani virus tersebut dengan baik.
“Saya ambil sapi dari biasanya dari Bojonegoro, Lamongan, sama Tuban ya saya nahan dulu sampai ini benar-benar virus PMK tertangani oleh pemerintah,” jelasnya.
Sebelumnya, Perusahaan Daerah (PD) Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Surabaya menolak sementara masuknya hewan ternak dari daerah suspek PMK, yakni Kabupaten Sidoarjo, Lamongan, Gresik dan Mojokerto.
"Prinsipnya RPH Surabaya melakukan tindakan pencegahan terhadap masuknya wabah PMK di lingkungan RPH. Kami menjaga jangan sampai wabah PMK yang dari Sidoarjo, Lamongan, Gresik dan Mojokerto itu ternaknya atau wabahnya masuk ke RPH," ujar Direktur Utama (Dirut), PD RPH Kota Surabaya, Fajar Arifianto Isnugroho.