Wabah PMK Merebak, DPP LDII Dorong Umat Islam Tetap Berkurban
Wabah Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) di beberapa daerah, diharapkan oleh Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso, jangan sampai mengendurkan niat umat Islam untuk berkurban pada Idul Adha.
Berkurban, lanjut dia, memiliki nilai ibadah yang tinggi baik bagi individu maupun kemasyarakatan. Kurban memiliki multiplayer effect dan nilai sosial yang signifikan.
“Secara pribadi, kurban merupakan wujud ketakwaan hamba kepada Allah. Tak ada amalan yang paling disukai Allah pada Idul Adha, selain menyembelih hewan kurban,” ujar KH Chriswanto.
Secara sosial, kurban mampu meringankan beban masyarakat sampai sepekan setelah hari penyembelihan.
“Pengeluaran untuk pangan bisa dikurangi karena pembagian daging kurban, ini sangat membantu. Selain itu, para peternak juga mendapat keuntungan yang berlipat untuk mengembangkan modal usahanya,” jelas KH Chriswanto.
Pada Idul Adha 2021, hewan kurban yang disembelih oleh LDII di seluruh Indonesia mencapai 33.908 ekor, terdiri sapi 20.473 ekor dan kambing 13.435 ekor. Mengalami penurun dibanding 2020, akibat pandemi Covid-19. Momen Idul Adha 2020, jumlah kurban mencapai 39.424 ekor dengan rincian 20.848 sapi, 18.556 kambing, dan 20 kerbau.
Meskipun saat ini sedang terdapat wabah PMK, masyarakat tak perlu khawatir karena penyakit itu tak berbahaya bagi manusia. Namun, KH Chriswanto menyarankan tetap berhati-hati, karena manusia bisa menjadi pembawa virus PMK ke hewan lain.
“Untuk itu perlu kehati-hatian, baik peternak maupun jamaah yang sedang mensurvei hewan kurban,” pesannya.
Terpisah, Medik Veteriner Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah drh. Slamet Kasiran mengatakan, PMK tidak berbahaya bagi manusia. Menurutnya, Foot and Mouth Disease (FMD) disebabkan oleh virus Aphtaee Epizootecae. Masa inklubasi virus sangat menular dari hari pertama hingga ke-14 sejak tertular.
Penyakit tersebut menimpulkan gejala. Ditandai mulut melepuh bersuhu tinggi antara 39-41 ⁰C. Agar tidak cepat menyebar perlu pembatasan lalu lintas ternak antar kabupaten maupun provinsi.
“Masyarakat bisa mendeteksi gejala PMK melalui gejala klinis, di antaranya, suhu panas dengan ditandai moncong hidung mengering, mulut mengeluarkan lelehan air liur, berkurangnya nafsu makan dan produksi susu untuk sapi perah mengalami penurunan drastis sampai dengan tidak ada susunya,” kata Slamet.
Untuk pencegahan, lanjut Slamet, ternak-ternak berkuku belah dari penyakit PMK secara permanen diperlukan vaksinasi PMK. Untuk tahap awal, pada 13 Juni 2022 telah dilakukan import vaksin PMK sebanyak 800.000 dosis. Diperuntukkan pada pusat pembibitan dan peternakan sapi perah. Vaksinasi PMK secara masal akan dilaksanakan pada Agustus mendatang, dengan vaksin produksi dalam negeri dari Pusvetma Surabaya.
Slamet menyebut, ternak yang terpapar PMK, daging dan susunya tidak bahaya untuk dikonsumsi manusia. "Penyakit PMK tidak bersifat zoonosis (hewan yang bisa menularkan kepada manusia)," tandasnya.
Menjelang Idul Adha, Slamet menghimbau masyarakat bisa memilih hewan kurban secara syar'i, memenuhi syarat dan secara klinis, ternak yang dipersiapkan untuk kurban tidak menunjukkan gejala penyakit PMK dengan dipastikan telah diperiksa dokter hewan dan mendapatkan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).
“Adanya penyakit PMK masyarakat jangan panik, karena bisa disembuhkan, penyakit PMK tidak menular pada manusia dan daging serta susunya tetap aman dikonsumsi jika dimasak dengan benar,” pesannya.