Wabah PMK, Blantik Sapi di Lamongan Gentayangan Takuti Peternak
Spekulan sapi bergentayangan di Lamongan. Mereka menyasar peternak yang sapinya terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) agar mau dijual murah.
Para spekulan ini sengaja menakut-nakuti peternak bahwa sapi yang terkena PMK mustahil bisa disembuhkan. Bahkan, sapi bisa mati. Sehingga, jika sapi tersebut tidak segera dijual peternak dipastikan akan merugi.
Beberapa peternak ternyata ada yang termakan hasutan itu. Sehingga, mereka mau menjualnya kepada spekulan tersebut. Tentu harganya lebih murah dari harga pasaran.
Ironisnya, spekulan atau blantik itu bukan orang luar kota, melainkan blantik asal Lamongan sendiri. Para spekulan itu diperkirakan berasal Kecamatan Kembangbahu, Tikung, dan Mantup.
"Ternyata seperti itu yang kita jumpai di lapangan. Data masuk menyebutkan sejumlah sapi yang terkena PMK lolos terjual. Spekulan sebelumnya juga sudah dikenal para peternak, karena mereka berasal dari Lamongan sendiri," kata Medic Vertiner Dinas Peternakan Lamongan, Rahendra, Selasa, 17 Mei 2022.
Rahendra yang lebih dikenal dokter hewan ini menyebutkan, data laporan yang masuk menyebutkan ada enam ekor terjangkit dijual oleh pemiliknya.
Dari sebanyak 433 populasi sapi sebanyak 211 ekor sapi terkena PMK. Kemudian, dari 211 yang sembuh sebanyak 73 ekor, mati sebanyak 5 ekor, terjual 6 ekor dan disembelih paksa sebanyak 4 ekor.
"Kita dari dinas peternakan saat sosialisasi juga selalu mengingatkan kepada peternak agar berhati-hati terhadap para spekulan agar peristiwa ini tidak terjadi lagi," katanya.
Diketahui, sebaran wabah PMK sapi di Lamongan terdeteksi sudah menyebar di 11 kecamatan. Di antaranya Kecamatan Tikung, Sarirejo, Mantup, Turi, Kembangbahu, Sugio, Ngimbang, Sambeng, Modo, Paciran dan Lamongan.
Pemkab Lamongan melalui Dinas Peternakan bekerja keras menangani PMK dengan melakukan berbagai upaya, seperti penutupan pasar hewan, sosialisasi pencegahan, penyemprotan disinfektan pada kandang, dan pengobatan sapi.
Advertisement