Wabah PMK akan Pengaruhi Sektor Ekonomi hingga Pendidikan
Pakar menyebut wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), yang menyerang hewan ternak dapat mengganggu berbagai sektor. Mulai dari pendidikan, ekonomi hingga kesehatan. Menurut Koordinator Program Studi Magister Ekonomi Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair), Dr Ni Made Sukartini. PMK juga menyerang sektor pendidikan.
“Karena, kalau kita lihat masyarakat di desa, mereka biasanya memiliki hewan ternak untuk kebutuhan biaya pendidikan anaknya kelak,” kata Sukartini, Selasa, 31 Mei 2022.
“Dengan adanya PMK ini, penjualan atau produksi hewan ternak akan terganggu. Padahal, nilai jual hewan ternak bisa sampai puluhan juta sehingga diharapkan akan cukup untuk membiayai,” tambahnya.
Dengan demikian, kata Sukartini, jika kondisi ini berlangsung terus-menerus, maka akan menganggu keputusan investasi pendidikan. Angka putus sekolah akan meningkat karena faktor ekonomi akibat PMK ini.
Selain itu, lanjut Sukartini, PMK juga mempengaruhi hari raya Idul Adha yang menggunakan kurban sapi dan kambing. Sebab, dalam perayaan tersebut kebutuhan hewan kurban biasanya meningkat drastis.
“Kalau produksi hewan kurban ini tidak berjalan lancar, maka kebutuhan juga akan terhambat. Ketika permintaan hewan tinggi namun produksi terbatas, harga juga kemudian dapat melambung,” jelasnya.
Selanjutnya, Sukartini mengungkapkan, wabah PMK juga mempengaruhi pertumbuhan anak. Sebab, daging sapi merupakan salah satu sumber protein yang dibutuhkan. "Adanya PMK, kebutuhan protein akan terganti dengan sumber lain seperti daging ayam, telur, ikan, dan lainnya," sebut dia.
Namun, lanjut Sukartini, bukan tidak mungkin protein pengganti itu juga bisa naik harganya karena peralihan konsumsi.
“Ini adalah efek lanjutan secara ekonomi. Harga-harga bahan yang tadinya normal bisa ikut naik. Dampak yang lebih lanjut ya makanan-makanan favorit seperti bakso, iga bakar, dan lainnya bisa ikut hilang,” tutupnya.
Advertisement