Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis A di Jawa Timur terus meluas. Tak hanya Kabupaten Pacitan, penyakit tersebut telah menjangkit warga hingga Kabupaten Trenggalek. Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Jatim, Kohar Hari Santoso mengatakan setidaknya ada 227 warga Trenggalek yang terjangkit hepatitis A. Berdasarkan data Dinkes Jatim, total penderita hepatitis A di Trenggalek ada 303 pasien dengan rincian sebanyak 227 pasien hepatitis A dan sisanya hepatitis B serta C. Kohar menambahkan, jika dilihat dari penyebarannya wabah Hepatitis A di Trenggalek memiliki karakteristik yang sama dengan di Pacitan. "Kemarin kami sudah lihat ke sana, secara kesatuan epidemiologinya sama dengan Pacitan karena daerahnya berdekatan. Kemudian masyarakatnya juga berinteraksi dalam waktu yang bersamaan," kata Kohar, saat ditemui di Kantor Dinkes Jatim, Surabaya, Rabu, 3 Juli 2019 Namun, Kohar membantah hepatitis A di Trenggalek memiliki hubungan langsung dengan yang terjadi di Pacitan. Hal itu dibuktikan dari massa waktu menjangkitnya Trenggalek lebih dulu terjadi. "Kalau dilihat datanya, di Trenggalek mulai menjangkiti Januari hingga Mei, sementara di Pacitan mulai bulan kemarin. Jadi, justru lebih dulu Trenggalek," kata Kohar. Kendati demikian, untuk mencegah penyebaran Hepatitis A Dinkes Provinsi Jatim telah mengirimkan tim surveilans epidemiologi ke Kecamatan Panggul, Trenggalek. "Kita kirim ke Panggul, kecamatan yang terdekat dengan Pacitan," ucapnya. Sementara itu, penderita hepatitis A di Kabupaten Pacitan hampir mencapai 1,000 orang. Data Dinkes Jatim hingga saat ini total mencapai 975 orang. Jumlah tersebut tersebar di sejumlah kecamatan di Pacitan, seperti Sudimoro dengan 527 orang, Ngadirojo 176 orang, Sukorejo 82 orang, Tulakan 69 orang, Wonokarto 54 orang, Arjosari 33 orang, Bubakan 25 orang, Tegalombo 5 orang dan Ketrowonojoyo 4 orang. "Penderita Hepatitis A di Kabupaten Pacitan cukup tinggi dan memenuhi kriteria untuk KLB sesuai dengan peraturan menteri kesehatan 1501 tahun 2010," kata dia. Untuk mengatasi hal itu, Dinkes melakukan berbagai cara yaitu tata laksana pasien agar bisa sembuh dan tak menularkan ke orang lain. "Upaya yang sudah kita lakukan adalah mentatalaksana dari pasien supaya bisa ditangani dengan baik dan juga tidak sampai parah. Yang paling penting tidak menjadi pencemar bagi yang lain," ujar Kohar. Lanjut Kohar, upaya penyelidikan epidemiologi kepada masyarakat guna mengetahui persebarannya untuk memotong mata rantai sudah berjalan. Upaya-upaya tersebut mulai membuahkan hasil, yakni menurut analisanya dalam tiga hari terakhir penularan penyakit itu sudah menurun. Ia menargetkan dalam dua minggu ke depan, penularannya sudah berhenti. "Dalam 3 hari terakhir sudah menurun. Insya Allah dalam kurun 1 atau 2 minggu ke depan sudah teratasi," katanya. (frd)