Wabah Demam Berdarah Varian DENV-3 Ancam Singapura
Badan Lingkungan Nasional (National Environment Agency/NEA) Singapura, mencatat rataan kasus demam berdarah dalam satu pekan berada di atas 100 kasus sejak awal tahun 2023. Hingga 24 Maret 2023, jumlah kasus demam berdarah di negara Asia Tenggara tersebut mencapai lebih dari 2000 kasus.
“Faktor yang paling berkontribusi pada tahun 2023 tingginya populasi nyamuk Aedes Aegypti yang terdeteksi di masyarakat. Angkanya mencapai 16 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada Februari 2022,” kata NEA dalam siaran pers yang dilansir Channel News Asia dikutip Senin 27 Maret 2023.
Alasan lain di balik meledaknya kasus demam berdarah dengue di Singapura berlanjutnya prevalensi serotipe virus dengue (DENV-3). Varian baru yang tadinya kurang umum rupanya terdeteksi pada kelompok besar kasus demam berdarah di Singapura.
Pendorong Utama
“Paparan masyarakat dan karena kekebalan terhadap DENV-3 rendah, meskipun serotipe ini menjadi pendorong utama wabah demam berdarah tahun lalu,” tambah NEA.
Jika situasi ini dibiarkan, situasi ini dapat memicu wabah demam berdarah, mengikuti Covid-19, yang terjadi pada tahun ini.
Padahal, penularan demam berdarah yang lebih tinggi terjadi pada bulan-bulan hangat, antara Juni hingga Oktober. Pada periode itu, perkembangan vektor nyamuk Aedes Aegypti mengalami percepatan dan pengembangbiakan virus demam berdarah lebih cepat daripada nyamuk.
“Pada tahun 2022, NEA melakukan sekitar 911.000 pemeriksaan nyamuk di seluruh pulau dan menemukan 23.600 habitat perkembangbiakan nyamuk,” ujarnya.
“Di daerah klaster DBD, sekitar 66 persen perkembangbiakan nyamuk Aedes terdeteksi di rumah, 26 persen di tempat umum dan 3 persen di lokasi konstruksi,” papar NEA.
NEA melaporkan 32.173 kasus demam berdarah sepanjang tahun 2022. Angka ini menjadi rekor tertinggi kedua setelah 35.266 kasus yang terjadi pada tahun 2020. Angka ini juga meningkat enam kali lipat dari total kasus demam berdarah yang terjadi pada tahun 2021.
Advertisement