Wabah Corona Terbanyak Bergeser ke Korsel dan Italia
Vaksin penangkal virus corona atau COVID-19 sampai sekarang masih belum ditemukan. Padahal data terakhir seperti dilansir dari worldometers.info menyebutkan, sebanyak 79.163 orang dari berbagai penjuru dunia telah dikonfirmasi terinfeksi virus ini.
Dari hampir 80 ribu kasus itu, sebanyak 2.471 diantaranya telah dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan 23.599 pasien lain dinyatakan sembuh. Data ini merupakan pembaharuan terakhir per Senin, 24 Februari 2020.
Dari berbagai fakta terbaru soal wabah ini, tampaknya publik lebih waspada terhadap penyebaran di dua negara, yakni Korea Selatan (Korsel) dan Italia. Hal ini tak lepas dari wabah di kedua negara yang belakangan membesar begitu cepat.
Saat ini Korsel menjadi negara kedua setelah Tiongkok dengan pengidap virus corona terbanyak. Tercatat ada 763 orang yang dikonfirmasi terinfeksi virus ‘kerabat’ penyebab SARS dan MERS tersebut.
Kasus infeksi virus corona di Korsel dalam sehari sebanyak 327 kasus dikonfirmasi di negara asal budaya K-Pop itu. Angka ini jauh lebih besar dari negara-negara non-Tiongkok lain, bahkan mencapai enam kali lipat lebih banyak daripada kasus di kapal pesiar mewah Diamond Princess di Jepang.
Selain Korsel, secara mendadak Italia menduduki peringkat keempat dari segi jumlah kasus yang dihadapi, yakni mencapai 157 pasien.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 78 alias setengah diantaranya merupakan pasien yang baru dikonfirmasi sehari belakangan. Dengan demikian, Italia menjadi negara Eropa terbanyak yang berhadapan dengan virus ini. Bahkan, jadwal sepakbola dan kegiatan olahraga lainnya dibatalkan akibat kondisi tersebut.
Situasi ini sendiri membuat Presiden Korsel, Moon Jae In mengambil langkah tegas. Moon resmi menyatakan wabah virus Corona di negaranya sudah dalam posisi kritis dan berstatus merah atau ‘Red Alert’.
Kondisi pelik yang terjadi ini pun turut dikomentari oleh guru besar bidang kesehatan dari Universitas East Anglia, Paul Hunter. Hunter menilai perkembangan penyakit di Tiongkok, sebagai episentrum awal, sudah berkurang. Namun saat ini virus justru menginvasi tempat-tempat lain.
"Identifikasi kasus besar-besaran di Italia patut dikhawatirkan oleh Eropa. Kita bisa memperkirakan adanya tambahan kasus dalam beberapa hari ke depan," ujar Hunter. I
Dia juga menyoroti perkembangan penyakit corona di Iran, yang dinilainya akan berdampak besar pada kasus terkait di Timur Tengah.