Wabah Corona, Sekolah di Amerika Kesulitan Pindah Kelas Virtual
Mewabahnya virus corona di Amerika Serikat membuat sejumlah sekolah di Negara Paman Sam itu mengganti sistem belajar mengajarnya secara daring. Namun masalah muncul ketika jaringan internet ternyata tak stabil dan menyebabkan banyak pelajar tak bisa nyambung dan hadir dalam kelas online.
Awal minggu ini PBB mencatat sedikitnya ada 22 negara yang menutup sekolah akibat wabah corona. Sedikitnya ada 300 juta pelajar di seluruh dunia yang kehilangan kegiatan belajar dan menyebabkan gangguan pendidikan yang tidak paralel, menurut PBB.
Di Washington, banyak sekolah dan kampus diliburkan setelah 75 kasus terkonfirmasi. Sejumlah sekolah pandah ke online menggunakan aplikasi seperti Zoom dan Google Classroom, hingga sekolahnya dibuka.
Dalam surat kepada wali murid, Kepala Sekolah Distrik Nortshore di Washington Michelle Reid, menulis jika setelah sekolah ditutup sejak 5 Maret 2020, guru bekerja bersama pelajar “untuk memastikan jika mereka menggunakan wadah online dan murid akan dilengkapi dengan peralatan untuk tergabung dalam kelas virtual”.
Jika pelajar di distrik tak memiliki koneksi internet yang stabil, sekolah akan menyediakan hotspot mobile sehingga pelajar tetap bisa belajar, tulisnya.
Hal serupa juga dilakukan oleh pengawas sekolah di Sekolah Publik Seattle, Denise Juneau. Denise kepada NPR, meminta guru untuk “menyiapkan paket belajar” di luar kelas. Ia melanjutkan “belajar online-akan memiliki masalah keadilan karena sejumlah murid tak memiliki akses internet di rumahnya,’ katanya.
New York Time melaporkan jika sejumlah sekolah tak akan sesiap Sekolah Distrik Nortshore, dengan sejumlah guru mulai membagikan tips dan trik lewat Google Doc sebelum memulai kelas online.
Semua hal itu menjadi masalah yang dihadapi oleh Komisi Komunikasi Federal (FCC) dan pembuat aturan setempat, selama bertahun-tahun. Kendala yang dihadapi sekolah terkait internet berkecepatan tinggi. Masalah ini dirasa menjadi sangat penting saat sekolah belum memiliki rencana memperbaiki jaringan internet, sebelum pindah kelas online.
“Sebagai orang tua dan pelayan masyarakat, saya percaya, dalam kondisi krisis seperti ini, setiap anak harusnya memiliki kemampuan belajar jarak jauh karena mereka memiliki ineternet di kediaman mereka,” kata Komisioner FCC Jessica Rosenworcel kepada The Verge.
Senator Chris Van Hollen melemparkan rancangan undang-undang untuk menggalang dana hingga USD 2,4 miliar yang berasal dari pendapatan FCC tahun ini. Anggaran itu digunakan untuk mengatasi masalah itu.
“Selama masa darurat, perpecahan digital bisa menyebabkan dampak serius pada keluarga yang tak terlayani internet di negara ini,’ kata Van Hollen. “Saat virus corona mengancam sekolah, memastikan pelajar mendapatkan internet di rumahnya adalah hal yang paling penting,” katanya.
Advertisement