Wabah Corona, Jutaan Perusahaan di China Terancam Bangkrut
Perusahaan di China kelimpungan dan menumpuk utang akibat wabah virus corona. Sebagian perusahaan tak bisa berproduksi semenjak China memperpanjang masa liburan Imlek hingga pertengahan Februari, sementara gaji pegawai dan logistik tetap harus dibayar.
Presiden Xi Xinping mengatakan jika China menghadapi “tes besar” untuk melawan virus. Pemerintah telah meminta bank menyediakan pinjaman lebih banyak untuk bantuan ekonomi.
Namun survei yang dilakukan pada perusahaan kecil dan menengah menemukan banyak perusahaan di ambang kebangkrutan. Asosiasi Perusahaan Kecil dan Menengah China mengatakan sekitar 60 persen hanya mampu membayar kebutuhan mereka untuk dua bulan ke depan, sebelum bangkrut. Hanya 10 persen yang mampu bertahan hingga di atas enam bulan.
Di saat yang sama, sebanyak 60 persen perusahaan yang disurvei telah kembali bekerja.
Perusahaan kecil dan menengah di China penting untuk perekonomian, sebab mereka menguasai 60 persen dari perekonomian dan menyerap 80 persen pekerja, menurut Bank Rakyat China.
Banyak dari perusahaan itu memperpanjang liburnya sejak Januari, mengikuti kebijakan China memperpanjang liburan Imlek hingga pertengahan Februari.
Sebelumnya Manajer Keuangan Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva di forum negara G20 mengatakan jika China sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi kedua terbesar setalah Amerika Serikat, diprediksi akan mengalami penurunan tajam dalam kwartal pertama tahun ini.
IMF memprediksi jika perekonomian China akan kembali normal pada kwartal kedua tahun ini. “Tapi kami juga melihat skenario lain, di mana penyebaran virus semakin lama dan semakin luas, dan konsekuensinya pertumbuhan ekonomi akan terganggu,” katanya, diterjemahkan dari BBC.
Advertisement