Visi Indonesia Jokowi, Keren Bila Nyata!
Oleh: Erros Djarot
Pidato Pak Jokowi sebagai Presiden terpilih pada 14 Juli 2019, Visi Indonesia, menyampaikan paparan yang sangat menjanjikan. Paparan yang mempertegas arah, tujuan, sekaligus bagaimana kinerja yang dipersiapkan untuk mewujudkan Indonesia Maju, membuka lembaran harapan baru yang sangat melegakan hati. Dalam bahasa gaulnya, keren bingits!
Siapapun yang mendengar dan merespon dengan sikap dan pikiran positif, pasti tergerak untuk mendukung rencana dan kerja besar yang dicanangkan Jokowi sebagai presiden terpilih. Lewat paparan Visi Indonesia, bagaimana dan seperti apa langkah yang akan dijalankan dalam kepemimpinan Jokowi lima tahun mendatang, menjadi jelas dan mudah dipahami publik.
Dalam upaya membangun Indonesia yang sehat, maju, berdaya saing tinggi, dan sejahtera, ada lima butir program kerja berikut wawasan dan arahan yang Jokowi gelontorkan secara terbuka. Disamping menjabarkan paparan Visi Indonesia dengan sejumlah tujuan dan capaian yang Jokowi canangkan, ia mengajak rakyat untuk mau bersamanya merealisasikan Visi Indonesia yang dicanangkan sebagai program kerjanya sebagai presiden terpilih.
Ajakan untuk bersama dan bersatu kembali sebagai rakyat yang satu dan bersatu, dijadikan himbauan yang sangat diharapkan bisa diterima oleh seluruh komponen bangsa dalam merespon terbelahnya massa rakyat pasca Pemilu-Pilpres 2019.
Pidato Jokowi Visi Indonesia yang sekaligus menjabarkan misi Indonesia ke depan, tidak ada yang perlu diperdebatkan. Mungkin yang diperlukan adalah sejumlah catatan sebagai pengingat dan rambu-rambu agar paparan program besar yang akan dilaksanakan Jokowi dengan Kabinet kerjanya lima tahun ke depan, tidak berakhir menjadi sebatas retorika politik belaka.
Oleh karenanya realita kualitas kita sebagai bangsa dalam beberapa aspek moral, pola pikir, dan budaya keseharian dalam menjalankan roda kehidupan berikut kinerja memaknai kehidupan, perlu dibeberkan secara apa adanya. Realita obyektif ini akan bermanfaat sebagai bahan bagi Jokowi agar semua paparannya yang indah tentang Visi Indonesia tidak berhenti di ruang kerja yang utopis.
Menarik dan sangat perlu didukung tekad Jokowi yang akan melanjutkan pembagunan infrastruktur yang telah ia canangkan dan telah dilakukan dalam lima tahun pertama pemerintahannya.
Dalam lima tahun kepemimpinannya ke depan seluruh infrastruktur besar yang telah ia bangun, seperti jalan tol, pelabuhan, dan bandar udara, ditegaskannya perlu di kembangkan fungsi dan pemanfaatannya. Dari yang hanya memperlancar lalulintas antar kota, berkembang menjadi penunjang utama bagi kelancaran lalu lintas perekonomian antar desa-kota, antar daerah, hingga antar daerah dan pusat.
Dengan kata lain, seluruh bangunan infrastruktur yang ada, harus dikembangkan hingga terhubung langsung dengan sentra-sentra industri rakyat di pelosok desa dan pinggiran kota di seluruh Indonesia. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas pertumbuhan perekonomian rakyat di seluruh pelosok Tanahair. Tentunya dalam rangka melaksanakan amanat sila kelima Pancasila.
Pemikiran, perencanaan, dan niat baik ini, akan menghasilkan sesuatu yang sesuai harapan bila segala sesuatunya tidak didasari dan dilakukan dalam kerangka dan pola pikir yang ‘Mercusuar oriented’.
Dalam hal ini dihadirkan dan ditampilkannya wujud fisik, lebih dilandasi oleh upaya membangun legacy pribadi. Karena seluruh kinerja yang gigantic ini bisa menghasilkan sesuatu yang jauh dari impian bila dalam pelaksanaannya tidak didasari oleh pilihan ideologi yang pas dan tepat untuk dijadikan pijakan pelaksanaan kerja.
Hanya melalui pilihan ideologi yang tepat pembangunan infrastruktur fisik yang dicanangkan akan menyertakan konsep, perencanaan, dan pembangunan infrastruktur perekonomian rakyat dalam kaidah dan semangat menghidupkan bangunan ekonomi kerakyatan.
Hal ini perlu saya sampaikan mengingat realita perekonomian bangsa hari ini yang kekuatannya terpusat pada dua institusi perekonomian yang berkemampuan besar dalam mengarahkan dan mengendalikan perekonomian negara.
Yang pertama adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sementara yang satunya adalah kekuatan ekononomi yang ada di tangan para konglomerat. Mereka menjadi satu entitas penyelenggara perekonomian bangsa yang sangat dominan. Bahkan hadir dalam kekuatan tak ubahnya bagai ‘negara’ dalam negara.
Ketika BUMN sepenuhnya diarahkan untuk menjadi institusi yang ‘heavy profit oriented’; dan para konglomerat yang maha perkasa tetap dibiarkan berada di jalur pengembangan usahanya yang TAK-TAK TERBATAS, saya khawatir niat mulia Presiden Jokowi malah menghasilkan mimpi buruk sepanjang masa.
Karena seluruh bangunan dan pembangunan infrastruktur yang dilakukan hanya dimanfaatkan dan menjadi akselerator bagi para Konglomerat mengembangkan usahanya hingga ke pelosok desa. Memperlancar penyedotan uang desa ke kota yang dengan mudah mereka rancang melalui kartel bisnis di segala bidang yang mereka miliki.
Untuk itulah peran BUMN sebagai lokomotif pembangunan ekonomi rakyat dengan semangat menggairahkan ekonomi kerakyatan, harus mengambil peran penting sebagai pengejawantah pilihan ideologi. Tanpa kejelasan pilihan ideologi dikahwatirkan politik ekonomi dan pijakan pembangunan ekonomi yang menjunjung tinggi liberalisme, hanya akan menjadikan rakyat Indonesia menjadi jongos di negerinya sendiri, selamanya!
Begitu pula halnya dengan program pembangunan SDM; keharusan mengundang investor; keharusan melakukan reformasi birokrasi; dan program efisiensi dan efektivitas alokasi APBN; semua akan lancar dan terwujud sesuai harapan oleh pilihan ideologi dan politik yang dijadikan pijakan dan acuan.
Karena Liberalisme (individualisme) ditambah feodalisme, dan mental korup yang mengakar akibat budaya KKN yang berkelanjutan sejak Orde Baru hingga sekarang; adalah musuh utama dari apa yang akan diwujudkan Jokowi dalam Visi Indonesia dalam kepemimpinannya lima tahun ke depan.
Oleh karenanya, pemilihan figur yang akan dipercaya sebagai anggota Kabinet Kerja jilid dua, merupakan ujian pertama bagi Jokowi; apakah Visi Indonesia yang begitu menjanjikan dan membanggakan, sesuai dan sepadan dengan pilihan para menteri yang dijadikan sebagai pembantunya lima tahun ke depan.
Bila pilihan figur menteri-menterinya berakhir dengan kesimpulan sebagai ‘Kabinet Pelangi di Malam Hari’, secara pribadi saya tidak akan berharap banyak kecuali…hoping for the best!
Selamat bekerja Pak Jokowi…Visi Indonesiamu…dahsyat!
*Tulisan ini kami kutip sepenuhnya dari Watyutink.com.