Virus Corono Disebut Adzab, Ini Reaksi Keras Mahasiswi Wuhan
Ada anggapan sebagaian kalangan yang menyebutkan: penyebaran virus Corono atau virus 2019-nCoV merupakan adzab, mendapat tanggapan dari seorang mahasiswi di Wuhan. Penyebutan terhadap merebaknya virus yang muncul pertama kali di pasar ikan laut Wuhan China pada 31 Desember 2019 itu, adalah opini yang tidak pantas.
Nimaz Sida Ayu Assaadah, mahasiswi yang sedang menempuh studi di China University of Geosciences, Wuhan China, Rabu 29 Januari 2020.
Sebagaimana yang diketahui dari beberapa media online, beberapa kalangan membuat opini bahwa penyebaran virus Corono, yang sampai saat ini sudah menelan korban jiwa tersebut, merupakan adzab.
Alumni asal Sidoarjo ini mengatakan bahwa, memang opini tentang penyebaran virus ini sangat beragam. Namun baginya tidak pantas mengatakan sebagai adzab.
"Hehe opini Netizen memang beragam. Cocokologi konspirasi muncul seperti hasil penelitian ilmiah. Namun opini adzab menurut saya kurang pantas. Terlepas dari banyak pemberitaan tentang pola makan mereka dan lain-lain. Tapi sebagai masyarakat yang baik, tidak seharusnya kita beranggapan seperti itu terhadap sebuah musibah yang menimbah seseorang atau negara lain. jika itu terjadi di negara kita sendiri bagaimana," kata alumni Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum, Jombang.
Ia menyatakan keheranan dengan opini yang berkembang di lingkungan netizen.
"Wuhan termasuk kota yang banyak sekali penduduk Muslimnya. Warung restoran halal pun sangat mudah ditemui. Masjid juga banyak," terangnya.
"Dari sisi kehidupan sosial, masyarakat lokalnya baik. Mereka ramah sekali dengan pendatang seperti kami," sambungnya, dikutip dari situs muallimin-muallimat-online.
"Wuhan itu juga kota pendidikan. Jadi banyak banget universitas dan mahasiswa internasional yang datang dari berbagai negara," katanya.
Kondisi wuhan saat ini sedang dilockdown. Tertutup dari arus keluar masuk orang. Teman-teman Mahasiswa Indonesia yang masih ada Wuhan belum bisa keluar.
"Namun alhamdulillah semua sehat dan aman, karena selalu dipantau oleh pihak kampus, PPIT-Wuhan dan KBRI. Pihak kampus juga selalu memantau kami disana. Mereka memberi masker, termometer, sabun cuci tangan dan mengecek suhu tubuh kita setiap masuk keluar asrama karena kami semua tinggal di Asrama milik universitas," pungkasnya.
Saat ini, ada 4 orang alumni Madrasah Muallimin Muallimat yang sedang menempuh studi di China. Mereka menyebar di beberapa universitas. Salah satunya di Wuhan dan Ghuangzhou.