Viral Pertemuan LGBT Batal, AJI Ingatkan Media Tak Diskriminatif
Kabar tentang batalnya pertemuan aktivis Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) se-ASEAN di Jakarta, viral di media. Rencana dibatalkan setelah panitia penyelenggara menerima banyak ujaran kebencian dan ancaman. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK), mengingatkan agar media massa tidak diskriminatif dan menyiarkan narasi kebencian.
Dalam keterangan tertulisnya, dua lembaga menyebut telah melakukan sejumlah pemantauan terhadap pemberitaan media, terkait rencana pertemuan LGBT bertajuk ASEAN Queer Advocacy Week itu.
Hasilnya, sejumlah media mengabaikan Pedoman Pemberitaan Isu Keberagaman karena menggunakan kutipan narasumber yang berisi narasi kebencian dan ancaman, seperti penggunaan kata mengusir dan menyimpang.
Tak hanya narasi yang negatif, sejumlah pemberitaan juga hanya menggunakan narasumber dari kalangan otoritas resmi, mengabaikan prinsip Hak Asasi Manusia dan keberagaman gender, serta tidak mempertimbangkan dampaknya terhadap minoritas LGBTIQ.
Sebagian pemberitaan media online berskala lokal maupun nasional juga disebut lebih banyak memuat pernyataan politisi, polisi, Majelis Ulama Indonesia, dan pejabat pemerintah yang menyerukan anti-LGBTIQ yang berpotensi menguatkan permusuhan, kebencian, diskriminasi, dan persekusi terhadap kelompok tersebut.
Sekretaris Jenderal AJI Indonesia, Ika Ningtyas menyebut sejumlah media online gagal memberikan ruang aman bagi kelompok gender minoritas. Menurutnya, media seharusnya tidak mengamplifikasi narasi kebencian yang digelorakan sekelompok warga intoleran di media sosial, maupun pernyataan pihak-pihak tertentu yang diskriminatif.
"Sebaliknya, media harus lebih kritis, menjunjung keberagaman dan menghormati bahwa setiap orang memiliki hak untuk berkumpul, menggelar rapat, dan berserikat yang diselenggarakan untuk maksud damai seperti yang dijamin oleh konstitusi," kata Ika Ningtyas dalam keterangan tertulis, Sabtu 15 Juli 2023.
Sementara, Manajer Advokasi SEJUK, Tantowi Anwari mengatakan jurnalis dan media massa seharusnya mempelajari latar belakang peristiwa terkait isu keberagaman dan tidak mempertebal suara-suara yang mengajarkan kebencian.
Perusahaan media massa semestinya mulai mengakui HAM sebagai dasar kebijakan bisnis mereka. Pendekatan HAM tidak hanya berpikir tentang untung, melainkan menjaga prinsip anti-diskriminasi. “Penting bertanggung jawab melalui pemberitaan yang tidak meminggirkan minoritas LGBTIQ yang berujung pada kekerasan dan persekusi,” ujar Thowik.
Rencana Pertemuan se ASEAN
diketahui, pertemuan ASEAN Queer Advocacy Week, seharusnya berlangsung di Jakarta pada 17-21 Juli 2023. Namun kegiatan ini urung dilangsungkan di Jakarta lantaran penyelenggara menerima serangkaian ancaman keamanan dan keselamatan dari sejumlah pihak anti-LGBTIQ.
Penyelenggara acara, Arus Pelangi mendapatkan ancaman pembunuhan melalui media sosial seperti Twitter dan Instagram secara bertubi-tubi. Selain itu, akun media sosial organisasi yang fokus pada advokasi hak LGBTIQ tersebut lumpuh total karena serangan massal di dunia maya.
Bahkan akun pribadi pegiat Arus Pelangi dan identitas penyelenggara juga disebarkan secara masif di media sosial.
Forum tersebut seharusnya digunakan untuk berdialog dengan kelompok-kelompok yang terpinggirkan, termasuk mereka yang didiskriminasi berdasarkan orientasi seksual, identitas gender, ekspresi gender, dan karakteristik seks mereka (SOGIESC). Mereka memiliki visi bersama tentang kawasan ASEAN yang inklusif dan mengupayakan ruang aman bagi masyarakat sipil.
Advertisement