Viral Pencabulan di Pesantren Tarakan, Netizen Sebut Sesama Jenis
Kasus kekerasan seksual yang terjadi di sebuah pesantren di Tarakan Utara, membuat geger netizen. Diketahui, seorang pria berusia 22 tahun mencabuli sedikitnya 48 bocah laki-laki sejak 2016. Netizen pun banyak membicarakan praktik sesama jenis di lingkungan pondok pesantren dan asrama.
Kronologi Kekerasan Seksual
Kasus pencabulan di lingkungan pesantren di Tarakan Utara terbongkar setelah salah satu orang tua korban melapor ke kepolisian setempat pada Senin, 7 Maret 2022. Hingga saat itu, total terdapat lima korban yang telah melapor ke kepolisian.
Polisi pun segera bergerak dan menangkap RD di di kediamannya. Pada 8 Maret polisi menetapkan RD sebagai tersangka atas Pasal 82 UU Perlindungan Anak dengan ancaman penjara minimal 5 tahun.
Pengakuan Tersangka
Dalam pemeriksaan diketahui jika RD bukanlah santri dari pesantren itu. RD disebut sering ikut aktif dalam majlis dan pengajian yang diadakan di pesantren itu.
Aksinya dilakukan pada malam hari, saat para santri terlelap tidur. Kepada polisi, pelaku mengaku memerkosa korban sejak tahun 2016 dan lupa berapa jumlah korbannya.
Polisi sendiri menyebut ada 48 santri yang jadi korban aksi pedofilia yang dilakukan pelaku.
"Ya data itu (48 santri diduga jadi korban) mungkin pihak mereka mencari para korban, yang jelas dari kami hanya 5 korban yang melapor," ungkap Kapolsek Tarakan Utara AKP Kistaya, dikutip dari detik.com, Minggu 3 April 2022.
Reaksi Netizen
Kasus tersebut viral di media sosial. Salah satu akun mengunggah informasi tentang pencabulan sesama jenis di pesantren Tarakan pada Sabtu 2 April 2022. Hingga saat ini, unggahan itu telah disukai lebih dari 14 ribu kali.
Netizen pun merespon dengan beragam kesan. Sebagian netizen juga menyebut praktik sesama jenis yang sering muncul di pesantren laki-laki dan juga perempuan. "Waduh gimana ya Min, bukan mau menjelekkan. Tapi di pondok pesantren itu, yang namanya hubungan sesama jenis itu banyak. Tapi berkedok adik kakak," cuit akun @bored***.
Komentar lain juga menimpali netizen lain, jika masalanya bukan di pondok pesantren, namun pada kultur sekolah asrama. "Bukan bermaksud menjelekkan pesantren. Tapi memang kalau sekolah yang berasrama gitu, pasti tingkat pelecehannya tinggi banget, orientasi seksual juga suka belok," cuit akun @kkong**.