Viral Ngopi In The Sky Gunung Kidul, Pro Kontra Keamanan Crane
Sebuah wahana bernama Ngopi in The Sky di Teras Kaca viral. Ini destinasi wisata baru di Pantai Nguluran, Girikarto, Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
CEO Teras Kaca, Nur Nasution mengatakan gagasan untuk membuat gebrakan ini sudah muncul sejak tiga tahun lalu. Namun baru terealisasi awal tahun 2022 ini.
Wahana Ngopi in The Sky berupa gondola yang berbentuk limasan, disertai dengan 20 kursi di sekelilingnya. Sementara di bagian tengah terdapat tempat khusus bagi kru dan pramusaji. Gondola ini kemudian diangkat ke ketinggian dengan menggunakan crane hingga 40 meter. Selama 30 menit, wisatawan bisa menikmati sensasi seakan melayang di langit saat minum kopi.
"Untuk tarif Rp 100.000. Tarif ini cukup murah karena kalau di luar negeri bisa Rp 2,5 juta per orangnya. Itu sudah termasuk minuman yang disajikan, ya. Untuk durasinya sekitar 30 sampai 40 menit," terang Nur Nasution.
Tak hanya merasakan sensasi di ketinggian, wisatawan pun bisa menikmati pemandangan laut dan pantai lebih luas. Bahkan bisa sambil berfoto-ria sebelum gondola kembali diturunkan ke bumi. Wahana Ngopi in The Sky ini diklaim jadi pertama di Indonesia dan dibuat khusus untuk Gunungkidul.
👀🤔 https://t.co/h0jVOX0TEm
— TRC BPBD DIY (@TRCBPBDDIY) January 4, 2022
Keamanan Crane Diawasi Petugas Ahli
Ngopi in The Sky disusun dengan material baja terbaik. Antara gondola dan crane dihubungkan dengan empat pasang kawat sling baja yang masing-masing titik mampu mengangkut beban 8 ton.
"Satu titik 8 ton, kali 4 jadi 32 ton. Itu dikali dua lagi, 64 ton. Nah itu maksimal angkat beban, tapi kami pakai gondola kami cuma 3 ton saja. Sisa banyak," jelas Nur Nasution.
Pengecekan rutin, kata Nur Nasution, dilakukan untuk crane. Bahan bakar yang dipakai jenis nonsubsidi, yakni Pertadex. Begitu pula dengan petugas yang seluruhnya diklaim ahli di bidangnya.
"Kami benar-benar rawat karena berhubungan dengan keselamatan tamu. Kalau perlu sling (baja) saya ganti per tiga bulan, walaupun durasinya tahunan," tegas Nur Nasution.
Tiap-tiap pengunjung juga diwajibkan mengenakan tali pengaman lima lapis yang tak boleh diutak-atik selain oleh petugas. Dipasang di dada, pinggang, lengan, juga selangkangan.
Adapun seleksi bagi pengunjung meliputi harus berusia di atas 15 tahun dan tidak mempunyai riwayat penyakit dalam.
Belum Kantongi Izin
Pengelola Teras Kaca mengakui masih mengurus operasional wahana ini ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DIY untuk kelayakan peralatan. Termasuk berkomunikasi dengan pemerintah kabupaten setempat.
Sedangkan Kepala Disnakertrans Yogyakarta Aria Nugrahadi mengaku pihaknya belum menerima pengajuan perizinan operasi wahana gondola dari pengelola Teras Kaca. Meski, pihaknya telah melakukan inspeksi ke lokasi dan mendapati bahwa jenis crane yang dipakai adalah alat berat pengangkut barang, bukan orang.
Menurut Aria, hal ini tak sejalan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor 8 Tahun 2020 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
"Maka akan kami rekomendasikan sesuai Permenaker, karena alat itu adalah alat angkat dan alat angkut barang, maka kita rekomendasikan sesuai regulasinya. Alat itu kan digunakan di pabrik, konstruksi, tapi penggunaannya menurut Permenaker itu untuk angkut barang," kata Aria.
Roy Suryo Ikut Pertanyakan Keamanan
Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo mempertanyakan keamanan dari wahana tersebut. "Maaf, sebagai warga DI Yogyakarta, saya menilai wisata baru berjudul 'Ngopi in The Sky' yg berada di Teras Kaca Pantai Nguluran, Kel Girikarto, Kec Panggang, Kab Gunung Kidul ini BERBAHAYA. Crane barang BUKAN peruntukkan utk Mengangkat Orang2 Awam, apalagi wisata (meski dgn Double Slink). AMBYAR," kicaunya di Twitter @KRMTRoySuryo2.
Komentar Netizen
Keberadaan wahana ini memicu pro dan kontra di kalangan netizen. Banyak dari mereka yang meragukan keamanan dari wahana tersebut.
“Ya hampir sama sih kayak yang di Dubai Cuma kok kayaknya ini kurang safety gitu ya? Apa cuma perasaanku saja?” tulis akun Twitter @yoontroversy.
“Konsepnya sama kayak London punya, cuma nggak di pinggir laut aja,” tulis akun Twitter @purplevengeleve.
Ada juga yang menganggap bahwa wahana itu aman digunakan mengingat crane biasanya bisa digunakan untuk mengangkut beban hingga 6-50 ton.
“Gw ga gitu jelas itu brand mobile crane nya apa. Tapi mobile crane gini bisa ngangkat beban macem2. Ada yg kapasitas nya 6 ton, 25 ton, 50 ton, dst. Secara hitungan itu ada 20 seat. Katakanlah rata2 penumpang gw ambil 80 kg. Total 1.600 kg. Aman sih secara hitungan beban,” tulis akun @Mhdlma.
“Mainan saya di proyek. Ini jenis crane buat angkat material/barang wkwk, red flag/pelanggaran keras kalau buat angkat manusia walaupun pakai bucket/platform. Kecuali equipment tersebut memang didesain buat angkat manusia atau sudah dapat sertifikasi dari departemen terkait,” tulis @Nhudaaaa.
“Semoga bisa dipertimbangkan lebih lanjut ya. Dengan kemiringan segitu jangan lupa sebetulnya crane juga menanggung beratnya sendiri. Bukan cuma beban ditambah orang-orang (berharga) di dalamnya. Apa kontrol rutin juga dilakukan untuk crane sepanjang itu? mana slingnya Cuma 4,” tulis akun @TipeDarah.
“Crane seperti di video hanya didesain dengan perhitungan yg ketat dari manufacturer utk lifting barang. Itu saja harus ada pemeriksaan pertama, berkala, dan last minute pre-check. Kalo memang digunakan untuk lift orang tentu saja ini shortcut menuju liang lahat,” tulis akun @jossdobels.
Advertisement