Viral BelaRisma, Garda Bangsa: Risma Jangan Playing Victim!
Kontestasi Pilwali Surabaya mulai memanas. Walikota Surabaya Tri Rismaharini terseret masuk ke dalam pusaran politik praktis.
Beberapa saat lalu, viral video 'Hancurkan Risma' yang diteriakkan oleh kelompok yang merupakan pendukung fanatik Risma tahun 2010 dan 2015. Kemudian muncul respons dari relawan Risma yang kini menggema dengan mottonya: 'BelaRisma'.
Menanggapi hal tersebut, Ketua DKC Garda Bangsa Surabaya Mahfudz mengaku sangat kecewa dengan kebijakan Risma yang terlalu over dalam menanggapi video 'Hancurkan Risma'. Sebab baginya, video itu muncul karena masyarakat sudah jengah dengan kebijakan Risma selama ini, apalagi penanganan kondisi pandemi Covid-19.
Terlebih saat ini, menurut Mahfudz, Risma sudah melakukan playing victim, dimana seakan-akan dia orang paling terdzalimi dalam hal ini. Padahal, ia sendiri yang sering membuat kebijakan tidak pro-rakyat.
Apalagi baginya, Risma malah melibatkan para ASN Pemerintah Kota Surabaya untuk kepentingan politiknya di Pilwali, demi memenangkan Calon Walikota dan Wakil Walikota Eri Cahyadi-Armuji.
"Ini sudah terlalu lebay. Mereka yang buat video ‘Hancurkan Risma Sekarang Juga’ adalah orang yang mati-matian dukung Risma. Sekarang mereka sadar bahwa Risma tidak bijak. Terlebih Risma saat ini mengajari bagaimana caranya ASN terlibat secara langsung dalam kontestasi politik,” katanya.
“Padahal itu bertentangan dengan Undang-Undang yang berlaku. Awalnya Eri Cahyadi, kemudian Irvan Widyanto, bahkan juga ASN bagian ekonomi juga dilibatkan," kata Mahfudz, Sabtu 28 November 2020.
Mahfudz mengatakan, dengan adanya respons berlebih dari kalangan Risma berbentuk gerakan 'BelaRisma', itu adalah tanda bahwa Risma sebagai walikota tak menghargai demokrasi yang berjalan di Surabaya.
"Rakyat seakan tidak boleh protes ke dia. Risma benar-benar menghancurkan tatanan demokrasi di Surabaya. Maka menurut saya, Risma adalah potret new orde baru yang mengahalalkan segala cara untuk kepentingan politiknya," katanya.