Videografer Semar Suwito Telah Berpulang
Oleh: Henri Nurcahyo
Semar Suwito Yasin, salah satu pendiri Komunitas Seni Budaya BrangWetan, videografer yang rajin blusukan, pagi ini telah menghadap dengan tenang ke Sang Pencipta, sekitar pukul 05.00. Rumah duka di Lembah Harapan RT 1, Wiyung. Belum jelas apakah karena Covid. Sampai siang ini tetangga belum berani menangani dan belum jelas dimakamkan di mana.
Informasi ini saya terima dari Adam A Chevny, jurnalis bisnis, seumuran dengan almarhum, yang tinggal di RT 3 perumahan yang sama.
Lelaki kelahiran Surabaya 22 Maret 1956 ini berasal dari Kampung Kebangsren, Surabaya, depan hotel JW Marriott. Rumahnya di perumahan Lembah Harapan jarang ditempati. Baru dua tahun belakangan ini dia tinggal di Lembah Harapan bersama dengan isterinya, meski masih sering bolak balik ke Kebangsren.
Sungguh sebuah kehilangan yang menyedihkan atas kepergian pekerja keras dan penekun Budaya Panji ini. Tahun 2017 bersama dengan Jil Kalaran kami mendirikan TVPanji, saat dilangsungkan Festival Nasional Panji di Kediri, bulan Juli. Kami sering blusukan terkait acara Panji di berbagai kota, mulai dari Malang, Jombang, Nganjuk, Pacitan, Kediri, Solo hingga Jakarta. Selama itu Semar memang dalam kondisi yang kurang sehat, tapi dia tetap saja bersemangat tinggi. Dia sudah lama mengeluh sesak nafas, suka batuk berdahak, kemana-mana membawa obat sesak nafas.
Kalo dia batuk-batuk, saya kadang menggodanya, “koyok wong tuwek ae Mar.”
Dia pun menjawab serius, “ancen wis tuwek Hen.”
Dalam masa pandemi inipun dia masih juga blusukan. Kadang bersama arkeolog Dwi Cahyono, ke situs-situs bersejarah. Bahkan acara Padang Bulanan di Café Mesem, Tumpang, meditasi di candi Jago, Semar tidak pernah absen. Termasuk ketika M. Soleh Adipramono, maestro wayang topeng yang tinggal di Tumpang, menikahkan anaknya, Semar hadir, reuni dengan seniman-seniman Malang. Saya malah tidak hadir. Saya masih ingat, ketika ada acara Panji di kawasan wisata Goa Selomangleng, Kediri, saya bersama Semar rela menginap di bangunan kosong di situ, tidur hanya beralasan karpet.
Semar memang punya kepedulian tersendiri dalam hal membuat dokumenter kesenian nyaris punah sebagaimana diproduksi TVRI Pusat 2013, diantaranya; Wayang Songsong Sunan Drajat (Paciran – Lamongan), Panji dalam Tari Topeng Jati Dhuwur (Kesamben – Jombang), Kentrung Dimana Kau (Kentrung Jati Menoek – Jombang), Wayang Potehi (Surabaya – Mojokerto – Gudo Jombang).
Dia sudah lama bergumul dengan dunia perfilman. Memulai dengan menulis skenario dan menjadi pengatur laku di televisi Surabaya dan Jakarta, Semar pernah menjadi astrada pada film kolosal Merdeka atau Mati dan Soerabaia’45 mendampingi Gatut Kusumo dan Imam Tantowi. Disamping itu dia juga pernah menulis skenario dan menyutradarai sejumlah film serial Aku Cinta Indonesia (ACI) produksi Pustekom Dikbud RI bekerjasama dengan PPFN Th. 1992-1993.
Dunia penulisan dan perfilman agaknya menyatu dalam diri ayah dua anak ini. Mantan Sekretaris Umum PARFI Jatim ini pernah menjadi kritikus sinetron di harian sore Surabaya Post dan memegang rubrik seni hiburan di majalah Liberty.
Perjalanan keseniannya dimulai di kampung Kebangsren Surabaya dengan membuat kelompok ludruk anak-anak. Ketika remaja (SMP & SMA) mendirikan kelompok teater “Anggrek” (Hanggar Remaja Kebangsren). Pada tahun 1985 mencoba mengikuti Lomba Drama 5 Kota dan memperoleh juara III dengan naskah sendiri “Prasasti Nyai Roro Kidul”.
Di bawah pengawasan Edy Hariono, asisten dan pendamping WS Rendra, Semar ikut menangani teater anak-anak di Bengkel Teater Yogya. Tahun 1987 berhasil menjadi Juara 1 pada Lomba Drama Lima Kota membawakah naskah karya Fredy Kastamarta judul “Seh Siti Jenar”
Selain itu Semar juga banyak mementaskan naskah sendiri atau menyadur naskah, menyelenggarakan Pekan Film anak-anak di LIA (Lembaga Indonesia Amerika), Pekan Film India non komersial dengan warga India di Surabaya, Pekan Film non Amerika di Konsulat budaya Uni Sovyet juga atas nama institusi Parfi Jatim, menyelengarakan workshop seni peran film dan menjadi instruktur penulisan skenario film di PLAV ITS – Dikbud RI.
Semar rajin posting di fesbuk, perihal budaya Panji dan catatan blusukannya. Juga komentar-komentar soal politik. Terakhir dia posting baru 14 jam yang lalu yang mengabarkan nomor WA-nya dibajak lagi. Postingan sebelumnya, mengabarkan “Tinggal pemulihan, sudah tiga minggu.” Entah apa maksudnya, apakah pemulihan dari Covid ataukah sesak nafasnya kumat lagi?
Selamat jalan sahabat. Damailah di alam kelanggengan.
#sedihbanget #restinpeace
* Henri Nurcahyo, pegiat Budaya Panji, ketua Komunitas Seni Budaya BrangWetan