Video Edo Kondologit Emosi Iparnya Tewas di Sel Polres Sorong
Penyanyi asal Papua Edo Kondologit viral. Video dirinya berteriak-teriak dengan nada sangat emosi meminta keadilan hukum, beredar di media sosial. Salah satu pengunggahnya ialah Veronica Koman.
Veronica Koman ialah aktivis HAM Papua. Ia ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Jawa Timur (Jatim). Veronica Koman diduga menyebarkan hoaks dan provokasi terkait insiden di Asrama Mahasiswa Papua, Jalan Kalasan 10 Surabaya, Jawa Timur, pada 17 Agustus 2019.
Dalam video unggahan Veronica Koman yang berdurasi 02.20 menit, Edo Kondologit murka usai anak dari mama tuanya, Riko, tewas di Polres Sorong, Papua Barat, Kamis 27 Agustus 2020.
Edo Kondologit berteriak dengan sangat emosi, meminta agar pihak Kepolisian Polda Papua Barat dan Propam mengusut dan memeriksa seluruh jajaran yang ada di Polres Sorong Kota. Mulai dari petugas piket yang bertugas pada saat kejadian adik sepupunya yang berusia 21 tahun itu diduga dianiaya, termasuk Kapolres Sorong Kota juga harus diperiksa.
“Tidak ada keadilan di Tanah Papua Ini. Saya sudah sakit hati sekali dengan perlakuan ketidakadilan di negeri ini. Kita menuntut keadilan, kami pihak keluarga meminta agar propam proses polsek, petugas piket sampai Kapolres. Adik kami adalah korban dari sistem yang ambruk," kata Edo Kondologit dalam video.
Saat Edo Kondologit marah-marah, sejumlah warga tampak berada di belakang pria 53 tahun itu.
"Cukup sudah sandiwara di negeri ini, saya sudah sakit hati sekali ini, kita akan menuntut keadilan. Kita akan menuntut ke propam, polda, polsek semua. Riko ini adalah korban dari sistem yang ambrol" teriak Edo Kondologit.
Diakui Edo Kondologit, memang Riko terduga pelaku kejahatan pembunuhan seorang wanita di Pulau Doom. Oleh karena itu, pasca kejadian, sambung penyanyi kelahiran 5 Agustus 1967, pihak keluarga langsung menyerahkan Riko untuk menjalani proses hukum atas perbuatannya.
"Supaya kalian tahu, pihak keluarga sendiri yang serahkan anak kita, supaya diproses hukum dengan baik. Tapi kenapa belum 24 jam sudah mati. Kita menuntut keadilan, keadilan, ini negara hukum. Asas praduga tak bersalah, seseorang dinyatakan bersalah hanya atas keputusan pengadilan, bukan polisi yang menentukan. Ini negara hukum, bukan negara suka-suka gue," tandasnya.
Menurut Edo Kondologit, Pulau Doom yang berada di pinggiran Kota Sorong, adalah pulau yang sangat kecil. Namun di Pulau Doom, minuman keras (miras) dan narkoba beredar dengan bebas. "Biar semua orang tau, pulau doom kecil ini, miras berkeliaran, narkoba dijual bebas. Polisi tahu itu, saya sudah punya bukti dan saya akan lapor. Polisi omong kosong," ujarnya.
Ditambahkan Edo Kondologit, berdasarkan keterangan dari pihak kepolisian bahwa Riko meninggal lantaran dianiaya oleh tahanan lain. "Omong kosong, kok ada luka tembak. Di media juga polisi bilang berhasil menangkap, omong kosong juga. Keluarga yang menyerahkan ke polisi. Hentikan sandiwara ini!," pungkas Edo Kondologit.
Edo Kondologit:
— Veronica Koman 許愛茜 (@VeronicaKoman) August 30, 2020
“Saya sudah sakit hati sekali dengan perlakuan ketidakadilan di negeri ini!”
Adik iparnya meninggal dengan luka penganiayaan dan luka tembak di dalam tahanan Polresta Sorong 6 jam setelah diserahkan oleh keluarga. pic.twitter.com/sPGIP8oEhk
Tanggapan Kapolres Sorong
Kapolres Sorong Kota AKBP Ary Nyoto Setiawan menjelaskan soal kasus yang membuat Edo Kondologit murka. Peristiwa itu bermula ketika polisi menerima laporan adanya seorang wanita 60 tahun berinisial A, tewas di Pulau Doom, Papua Barat. A diperkosa, dibunuh, lalu ponselnya dicuri. Setelah diselidiki, tersangka mengarah ke Riko.
"Barang buktinya juga ada tuh TV, terus handphone (korban) lalu juga ada minuman keras yang didapatkan (di bawah kasur Riko)," ujar Ary.
Diketahui, rumah Riko dan A berdekatan. Usai diinterogasi, Riko mengakui perbuatannya. Pihak keluarga pun, kata Ary, menyetujui pemeriksaan terhadap Riko. Riko pun dibawa ke Polres Sorong.
Namun, saat diperiksa di Polres Sorong, Riko kabur. Dengan tangan terborgol, Riko menerjang kaca jendela kantor polisi untuk kabur.
"Yang bersangkutan (Riko) lari dari ruang pemeriksaan keluar nabrak kaca di kantor kita sampai kantor kita pecah kacanya. Kemudian kita tangkap lah (Riko)," kata Ary.
Lalu, Riko dibawa ke mobil polisi. Namun, Riko kembali melakukan perlawanan hingga kakinya ditembak.
Rico pun dibawa ke rumah sakit untuk dirawat sementara. Setelahnya, Riko dijebloskan ke dalam sel Polres Sorong. Di dalam sel itu lah, kata Ary, Riko mendapatkan penganiayaan.
"Di dalam tahanan ini dia dianiaya oleh tahanan lain. Kenapa dianiaya? karena memang (tersangka) kasusnya pemerkosaan, dia bunuh mama-mama, itu pasti dianiaya sama teman-temannya," imbuh Ary.
Saat dicek, Riko sudah terkapar tak berdaya. Polisi langsung membawa Riko ke rumah sakit untuk yang kedua kalinya.
"Begitu di rumah sakit, meninggal, dilakukan visum. Memang yang menyebabkan meninggalnya itu luka-luka di kepala, di benturan kepala. Karena kita lihat rekaman CCTV-nya dia dianiaya, dipukulin sama tahanan yang lain," jelas Ary.
Advertisement