Vicky Eko Nurcahyo, Dokter yang Langganan Juara Balap Sepeda
Menjadi seorang dokter atau seorang pembalap? itulah pertanyaan yang kerap muncul dari lingkungan pertemanannya. Berbeda dengan dokter pada umumnya, di Solo terdapat seorang dokter yang sering memboyong medali kejuaraan lomba balap sepeda.
Adalah Vicky Eko Nurcahyo Hariyadi, dokter spesialis tenggorokan, hidung dan telinga (THT) yang merangkap sebagai Kepala pProgram Studi Fakultas Kedokteran UNS, Solo. Pria kelahiran 1977 ini sudah sejak SMP memiliki kegemaran bersepeda. Namun, lantaran kesibukannya menjadi dokter, hobi bersepeda baru kembali muncul pada akhir 2017.
Hal ini bermula dari keinginannya untuk menurunkan berat badan, sekaligus menjaga imunitas dan membuat badan lebih sehat. Penyandang profesi dokter sejak 2003 itu lantas berkonsultasi dengan rekannya yang juga seorang dokter. Pria lulusan UGM itu pun lalu menemukan rahasia kebugaran yang diperoleh dari bersepeda.
“Saya dulu mudah ngantuk dan lelah, berat badan saya 78 kilogram. Saya lalu tanya teman dan menemukan rahasia jadi kurus serta fit dari bersepeda. Akhirnya saya tertarik dan menekuninya kembali” cerita Vicky kepada Ngopibareng.id pada Rabu 20 Mei 2020.
Sejak saat itu, Vicky selalu meluangkan waktunya setiap hari untuk bersepeda. Sebelum pandemi corona, setiap Senin hingga Jumat, selepas Subuh dia berkeliling selama satu jam. Jarak yang ditempuhnya sekitar 30 kilometer. Di akhir pekan, jarak tempuh bertambah jadi 150 kilometer. Medan bersepeda juga dipilih yang miring dan menanjak.
Sampai sast ini, jarak berpeseda paling jauh yang pernah dia lewati adalah 175 hingga 190 kilometer. Saat itu dia pulang pergi Solo-Ngawi. Untuk jaga stamina, ia mengonsumsi air putih dua liter per hari, banyak mengkonsumsi sayur dan buah, beristirahat yang cukup, serta jika diperlukan ada suplemen khusus untuk menambah stamina.
Sering Ikuti Lomba
Hobinya menemukan muara di kompetisi bersepeda. Seorang rekan bersepeda yang juga atlet, mengajak Vicky ikut lomba dan sejak saat itu dia mulai ketagihan. Kompetisinya pun bukan kelas pemula, ada Grand Fondo New York, King of Mountain Semarang, serta berbagai lomba yang diadakan untuk dokter dan medis di tingkat lokal, nasional pun internasional. Vicky pun aktif mengikuti touring dan event bersepeda lainnya.
Dari total 40 lomba yang pernah ia ikuti, ada tiga lomba yang membuatnya selalu terkenang. Salah satunya saat dia baru pertama kali mengikuti lomba dengan jarak 12 kilometer. Kala itu medannya cukup terjal dan dipenuhi tanjakan. Lomba tersebut diadakan di Semarang dan dia finish di nomor tiga.
Selain itu, juga lomba di Samosir tingkat Asia Pasifik. Sehari sebelum perlombaan, ban sepedanya bocor dan dia tidak membawa ban cadangan. Beruntung, pria berkacamata itu bertemu teman dari Jakarta yang memperbolehkannya membeli ban cadangannya. Pria lulusan UNS ini pun keluar sebagai juara dua untuk jarak 90 kilometer.
Terakhir, pada November 2019, tepatnya pada perayaan ulang tahun rumah sakit di Klaten, Vicky mendapat juara dua untuk kelas medis.
Dari semua lomba yang dia ikuti, Vicky selalu ditemani oleh sepeda Roadbike nya. Selain itu anak dan istrinya pun turut hadir dan mendukung secara langsung.
Lomba Sepeda Virtual
Kini di tengah pandemi, beraktivitas di rumah tak menjadi kendala terus mengayuh sepeda sekaligus menjalankan profesi sebagai dokter dan akademisi. Bapak dua anak itu terkadang memantau rumah sakit tempatnya bekerja dan fakultas yang dia pimpin.
Di saat yang sama, Vicky sedang gandrung mengayuh sepeda virtual di dalam rumah. Terdapat alat khusus bernama Smart Trainer Wahoo yang terintegrasi secara langsung dengan aplikasi Zwift, guna mencatat kecepatan, serta jarak tempuh yang sudah dilewati sepedanya.
Ia pun turut serta dalam lomba bersepeda virtual. Lomba ini tersedia dalam kelas-kelas tertentu, tergantung dari jaraknya. Peserta lombanya pun berskala internasional. Mulai dari India, Arab, hingga Amerika Serikat.
Untuk daftarnya sendiri pun mudah dan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya. Vicky terbiasa mengikuti lomba setelah menunaikan ibadah salat Tarawih. Yang menarik, dari lomba bersepeda virtual ini Vicky selalu mendapat urutan di nomor empat.
“Saya sekarang lebih intense ikut lomba virtual dan pesertanya dari dunia. Daftarnya mudah tinggal online saja dan saya biasanya ikut setelah Tarawih. Saya selalu di nomor empat” katanya.
Tambah Teman dan Imunitas
Sementara itu, dari hobi yang sudah ditekuninya sejak akhir 2017 itu banyak manfaat yang Vicky dapatkan. Seperti tidak mudah lelah dan mengantuk, berat badannya ideal, imunitasnya meningkat, serta menambah jaringan pertemanan.
Dari semua event dan lomba yang dia ikuti Vicky banyak mengenal orang-orang baru. Mulai dari atlet hingga fotografer. Hingga sekarang pun dia masih menjaga hubungan baik dengan semua relasinya. Bahkan dalam latihannya, sebelum pandemi corona dia sering menghabiskan waktunya dengan bersepeda dengan mereka.
Selain menambah pertemanan dan daya tahan tubuh yang prima, Vicky pun menperoleh manfaat lain dari bersepeda. Salah satunya menemukan spot foto yang tidak bisa dijangkau dengan motor dan mobil. Sedangkan, dari perlombaan sepeda yang sering ia terjuni, terdapat prinsip fairplay yang membuat semakin dekat dengan rekan sesama pembalap.
Sementara itu dia pun berpesan, berprofesi dokter bukan berarti menjadi penghalang untuk tidak memiliki hobi. Dia membuktikan walaupun dia seorang dokter, dia juga bisa menekuni hobinya sebagai pembalap sepeda. Selain itu dia menekankan agar tetap melakukan olahraga agar tetap sehat.
“Saya bukan atlet, bersepeda murni hobi saya. Bukan berarti jadi dokter lalu nggak bisa punya hobi, itu kebanyakan rekan dokter yang lupa. Jangan lupa juga tetap olahraga biar imunitasnya baik” tutupnya.
Advertisement