Veteran Angkatan Udara AS Ikut Tewas di Kerusuhan Capitol Hill
Ashli Babbitt, usia 35 tahun, meninggal dalam kerusuhan di Capitol Hill, Amerika Serikat, pada Rabu 6 Januari 2021. Ashli dikenal sebagai veteran angkatan udara atau Air Force yang sempat bertugas dalam peperangan di Timur Tengah.
Dilansir dari BBC, Ashli Babbitt terlihat aktif di media sosialnya. Sebelum bergabung dalam kerusuhan di gedung perlemen AS tersebut, Ashli mencuit "Tak ada yang bisa menghentikan kami. Mereka bisa mencoba dan terus mencoba, tetapi badai sudah di sini dan akan mendarat di Washington kurang dari 24 jam."
Dalam sebuah video, terlihat sosok perempuan yang diduga Ashli, memanjat dinding untuk masuk ke dalam ruangan di dalam Capitol Hill. Sesaat setelah itu, suara tembakan terdengar dan sosok perempuan itu jatuh tersungkur di atas lantai.
Dalam pernyataan resminya, polisi menyebut jika mereka menembak seorang peserta aksi perempuan, ketika sekelompok orang mendesak masuk ke House Chamber, ruangan yang digunakan para legislator berdiskusi sebelum mengesahkan kemenangan Joe Biden.
Usai tembakan tersebut, Babbitt dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong. Polisi menyebut petugas yang menembak Babbitt kini menjalani skorsing, meski tak menyebutkan identitasnya.
Ashli Babbitt diketahui pernah bertugas di sejumlah misi Amerika Serikat dan bergabung bersama Angkatan Udara Amerika Serikat. Ia sempat bertugas di Afghanistan dan Irak sebelum berpindah tugas bersama Pasukan Nasional di Kuwait dan Qatar, kata mantan suaminya, Timothy McEntee.
Di media sosialnya, perempuan kelahiran California itu mendeskripsikan dirinya sebagau seorang libertarian sekaligus seorang patriot. Ia juga sering mengunggah informasi tentang Donald Trump, serta menunjukkan dukungannya dan menggemakan tuduhan kecurangan dalam pemilihan presiden.
Ia juga sempat mengunggah dirinya menggunakan kaos dengan tanda "Kami adalah Q" kependekan dari QAnon, kelompok kanan jauh yang menggemakan teori konspirasi jika Donald Trump adalah pejuang yang sedang melawan setan dan pemuja paedofil. "Saya akan ada di Washington pada 6 Januari!. Tuhan memberkati Amerika dan WWG1WGA",katanya menulis singkatan yang sering digunakan pendukung QAnon.
Diketahui, empat korban meninggal dalam kerusuhan yang berlangsung di gedung parleman Amerika Serikat itu. Tiga korban yang lain disebutkan meninggal akibat kedaruratan medis ketika berada di Capitol, tanpa menjelaskan lebih detil. Tiga korban itu antara lain Benjamin Philips berusia 50 tahun berasal dari Pnnsylvania, Kevin Greeson berusia 55 tahun dari Alabama, dan Rosanne Boyland berusia 34 tahun dari Georgia. Ketiganya berangkat ke Washington DC untuk ikut dalam kerusuhan di Gedung Capitol Hill tersebut. (Bbc)
Advertisement