Varian Baru Afrika Selatan, Kasus Pertama di Belgia
Pemerintah Belgia, mengonfirmasi kasus pertama varian baru Covid-19 asal Afrika Selatan. Menteri Kesehatan Belgia, Frank Vandenbroucke, mengatakan varian bernama B.1.1.529 ini terkonfirmasi pada seorang yang belum mendapatkan suntikan vaksin setelah menjalani tes 22 November lalu.
“Ini adalah varian yang mencurigakan. Kami tidak tahu, apakah itu varian yang sangat berbahaya atau tidak?” kata Vanderborucke sebagaimana dilansir Reuters, Jumat 26 November 2021.
Laboratoriu rujukan di Belgia mengatakan warga yang terinfeksi varian baru virus korona tersebut berjenis kelamin wanita. Pasien mengalami gejala kesehatan selama 11 hari sepulangnya dari perjalanan ke Mesir melalui Turki. Dia mengalami gejala flu tetapi tidak memiliki tanda-tanda gejala penyakit parah.
Selain dia, tidak ada anggota keluarganya yang mengalami gejala. Namun, semua anggota keluarganya sedang menjalani pengujian lebih lanjut.
Perdana Menteri Belgia, Alexander De Croo mengatakan aktivitas klub malam, bar, restoran berakhir pada 11 malam selama tiga pekan ke depan.
“Jika kita tidak memiliki tingkat vaksinasi yang tinggi hari ini, kita akan berada dalam situasi yang benar-benar berubah secara drastis,” kata De Croo.
Sebelumnnya, pemerintah Belgia memberlakukan paket pembatasan selama satu pekan. Mereka juga kembali mengkampanyekan penggunaan masker secara lebih luas dan mendorong banyak pekerja untuk melakukan aktivitas pekerjaannya dari rumah.
Melalui aturan tersebut, pemerintah Belgia melarang pesta dan pertemuan privat kecuali upacara pernikahan atau upacara pemakaman. Sejauh ini, Belgia memiliki jumlah kasus perkapita tertinggi keenam di Eropa di belakang Austria dan Slovakia.
Varian asal Afrika Selatan ini memiliki kemampuan untuk memperbanyak mutasi. Namun, WHO belum mengonfirmasi akan masuk kategori mana varian baru ini. Tidak hanya itu, panel ahli WHO juga belum mengonfirmasi apakah varian baru ini resisten terhadap vaksin atau terapi Covid-19 yang lain.
Varian baru ini muncul ketika Belgia dan sejumlah negara Uni Eropa sedang berjuang melawan lonjakan infeksi Covid-19 atau gelombang empat pandemi.