Vaksinasi Pneumonia Tekan Penyakit Berisiko Tinggi Jemaah Haji
Perhimpunan dokter haji Indonesia mengingatkan beberapa jenis penyakit penyebab kematian tertinggi yang menimpa jemaah haji. Penyakit itu antara lain pneumonia, sepsis, syok kardiogenik, infark dan miokard akut (serangan jantung).
Hal ini disampaikan perwakilan perhimpunan dokter haji Indonesia, dokter Nevy Shinta Damayanti dalam presentasinya pada talk show bertajuk “Sadar Kesehatan: Pencegahan Risiko Pneumonia Bagi Jemaah Haji dan Umrah” di Malang, dikutip Minggu 25 Mei 2024.
Cara yang cukup ampun untuk mengurangi resiko kematian akibat penyakit tersebut adalah dengan pemberian vaksin pneumonia. Dengan vaksinasi saja, bisa menurunkan risiko penularan hingga beberapa lipat.
"Vaksinasi pneumonia berperan penting untuk memberikan imunitas kepada para calon jemaah haji Indonesia di Tanah Suci. Vaksinasi dapat mengurangi potensi tertular infeksi bakteri, virus, maupun jamur yang berbahaya," jelas Nevy.
Dalam acara yang diadakan Yayasan Haji Muslimat NU dan Yayasan Astana Penanggulangan bencana, yang difasilitasi oleh PT Pfizer Indonesia, Nevy meyakinkan bahwa vaksinasi pneumonia juga telah terbukti efikasinya oleh BPOM dan dinyatakan aman.
Menurut Nevy jemaah Indonesia dapat diklasifikasikan mayoritas sebagai kelompok berisiko, karena mereka tergolong lansia yang cenderung adanya penyakit penyerta atau komorbid. Selain itu, tingginya jumlah jemaah dari berbagai negara dan perubahan iklim semakin menegaskan perlunya penerapan protokol kesehatan untuk menjamin keselamatan jemaah haji dan umrah.
Apalagi masa ibadah jemaah haji cukup lama. Maka perlu mendapat perhatian lebih dalam persiapan dan penerapan protokol kesehatan.
Berdasarkan data Pusat Kesehatan Haji Sekjen Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2019, salah satu penyakit pernapasan menular yang paling banyak ditemukan di kalangan jemaah Indonesia di Tanah Suci adalah pneumonia.
Penyakit ini menyebabkan adanya peradangan akut jaringan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan virus yang mengakibatkan kantung udara dalam paru-paru dipenuhi cairan atau nanah, sehingga membuat penderitanya sulit bernafas.
Proses penularan penyakit ini juga terbilang cepat, karena hanya melalui percikan penderita saat batuk atau bersin, serta diperburuk dengan kondisi yang ramai dan kurang kondusif.
Secara umum, pneumonia termasuk dalam 10 penyebab kematian utama di Indonesia. Kelompok penyintas COVID-19 pada era pandemi lalu. Bahkan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terpapar karena kondisi paru-paru dan saluran pernapasan yang tidak lagi prima. Paru-paru adalah organ tubuh manusia yang sangat esensial dan hanya satu. Apabila fungsi paru-paru tak lagi prima dan terpapar virus atau bakteri, hal ini dapat mengancam nyawa.
Dengan mayoritas jemaah asal Indonesia yang memiliki usia lanjut dan penyakit komorbid, diperlukan sebuah mitigasi protokol kesehatan. Salah satunya melalui vaksin lengkap seperti vaksinasi pneumonia.
Data yang dimiliki Nevy, sepanjang tahun 2023 jumlah jemaah umrah di Arab Saudi mencapai 13,55 juta atau mengalami peningkatan 58% dari tahun 2019. Jemaah asal Indonesia sendiri berjumlah 808.301 orang pada bulan Januari hingga Agustus 2023.
Sedangkan jumlah jemaah haji dari seluruh dunia pada tahun 2023 mencapai 1,8 juta orang. Khusus jemaah haji dari Indonesia sebanyak 221.000 orang.
"Dari jumlah terdapat 61.536 jemaah masuk kategori lanjut usia (65 tahun keatas). Menurut laporan dari Kementerian Agama Republik Indonesia sebanyak dari 773 jemaah wafat, 562 orang di antaranya termasuk kategori lansia," ujar Nevy.
Talk show ini dihadiri berbagai perwakilan, antara lain Panitia Penyelenggara Ibadah Umrah (PPIU), Pimpinan Pondok Pesantren, dan Muslimat Nahdlatul Ulama Jawa Timur. Acara ini mengangkat tentang pentingnya penerapan protokol kesehatan yang lengkap, dan vaksinasi pneumonia selama perjalanan ibadah haji dan umrah di tanah suci.
Selain itu, forum silaturahmi ini merupakan wadah diskusi lintas pemangku kepentingan seperti Direktorat Jendral Penyelenggara Haji Umrah (PHU) Kementerian Agama, Muslimat Nahdatul Ulama (NU), Silaturahmi Haji dan Umrah Indonesia (SAHI), Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (PERDOKHI), Pusat Kesehatan Haji, yang berkomitmen untuk peningkatan pelayanan ibadah haji dan umroh yang lebih baik lagi.
Pembina Yayasan Astana Penanggulangan Bencana, Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin mengatakan, untuk memastikan kelancaran dan keselamatan selama perjalanan ibadah ke Tanah Suci, menjaga kesehatan umat adalah prioritas utama. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan ibadah, termasuk PPIU, PIHK, ustaz, dan calon jemaah itu sendiri.
Oleh karena itu, Yayasan Astana menginisiasi acara ini dengan tujuan mendorong peran penting penyelenggara perjalanan ibadah umrah maupun haji dalam menerapkan protokol kesehatan secara komprehensif, mulai dari tahap persiapan hingga setelah kembali dari Tanah Suci.
Perwakilan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Mohammad As Adul Anam menjelaskan, peningkatan jumlah jemaah haji maupun umrah memerlukan penyesuaian protokol kesehatan, seperti memperketat pemeriksaan kesehatan ketat, pengaturan kuota jemaah, peningkatan infrastruktur, edukasi kepada jemaah, serta kerjasama antar negara, dan pemantauan berkelanjutan.
"Langkah-langkah ini penting untuk memastikan persiapan dan pelaksanaan ibadah haji yang aman dan lancar setiap tahun," ujarnya.
Sementara itu Ketua Yayasan Haji PP Muslimat NU, Hj Hizbiyah Abdurrachim, mengatakan, selama melaksanakan ibadah haji/umrah jemaah akan merasa lebih tenang dan fokus pada ibadahnya tanpa kekhawatiran akan risiko infeksi.
"Perjalanan umrah/haji setelah mendapatkan vaksin pneumonia tidak hanya memberikan pengalaman spiritual yang mendalam, tetapi juga memberinya kedamaian pikiran dan menjadikan lebih fokus menjalankan ibadah," tandasnya.