Vaksin Sulit Ditemukan Pakar UB Sebut Jamu Ampuh Cegah Covid-19
Pakar Biologi Universitas Brawijaya (UB), Sutiman Sumitro mengatakan vaksin virus Corona saat ini sulit ditemukan. Penyebabnnya adalah, virus ini menyebar ke seluruh dunia dan bermutasi menjadi virus lokal. Ini artinya karakter virus Corona yang ditemukan di China berbeda dengan Indonesia.
"Virus ini menyebar ke seluruh dunia sekaligus bermutasi menjadi virus lokal. Ini menyulitkan orang membuat vaksin, yang orientasinya satu jenis vaksin atau obat," terangnya pada Selasa 19 Mei 2020.
Sutiman memandang bahwa produksi vaksin virus Corona secara global tidak efektif. Maka dari itu, ia menyarankan agar tiap negara menemukan kearifan lokalnya masing-masing untuk mencegah virus corona menjangkiti tubuh seseorang.
Salah satu kearifan lokal Indonesia yang direkomendasikan Sutiman untuk mencegah virus Corona menginfeksi seseorang adalah dengan jamu.
"Di saat inilah jamu dapat dipikirkan daya manfaatnya untuk mengatasi Covid-19. Bukan dengan konsep membunuh, namun mendukung sistem tubuh agar mampu bertahan dan mengatasi penyakit," tuturnya.
Sutiman mengatakan bahwa posisi jamu di sini bukanlah sebagai obat dari suatu penyakit. Namun kegunaan jamu lebih kepada formula untuk menjaga daya tahan tubuh agar tetap terjaga dari penyakit.
"Kearifan lokal kita seolah menemukan momen untuk menunjukkan eksistensinya yang selama ini terpinggirkan oleh konsep kedokteran modern," ungkapnya.
Selain, dari jamu, letak geografis Indonesia yang berada di jalur khatulistiwa juga menjadi keuntungan sendiri. Pasalnya, terang Sutiman, ketika virus Corona terpapar sinar ultraviolet (UV) maka dengan sendirinya virus tersebut akan mati.
"Di sinilah kita teruntungkan dengan indeks UV yang tinggi, karena virus akan mengalami inaktivasi sehingga jumlah orang terinfeksi tidak setinggi daerah subtropis dengan udara tercemar karena UV tidak berperanan secara nyata," katanya.