Uzlah Pandemi Covid-19, Social Distancing Raih Pahala Syahid
Dalam term kaum sufi, dikenal istilah uzlah. Artinya, seseorang menjauh dari kepentingan duniawiah untuk mendekatkan diri pada Allah Ta’ala.
Di dalam suasana wabah Virus Corona atau Pandemi Covid-19, masyarakat secara umum dianjurkan untuk melakukan Social Distancing. Benarkah Sosial Distancing sama halnya konsep Uzlah itu?
Menurut Utadz Ma’ruf Khozin, Pengasuh Pesantren Aswaja Sukolilo Surabaya, yang juga Direktur Aswaja NU Center Jawa Timur menjelaskan, ya bedanya “Cuma kalau uzlah dalam rangka supaya tidak terpengaruh oleh duniawi. Menawi sakniki kan supaya tidak tertular”.
Umat Islam ketika berniat sunnah menghindar penjalaran wabah Corona atau Pandemi Covid-19, lebih lanjut dengan berdiam di rumah masing-asing. Mereka itulah yang insyaaAllah akan mendapatkannya pahala syahid.
من جلس في بيته في وقت وقوع الطاعون فله أجر الشهيد وإن لم يمت..
Barangsiapa yang tinggal di rumahnya ketika terjadi wabah, maka dia mendapatkan pahala syahid walaupun tidak meninggal dunia.
عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا-، أَنَّهَا قَالَتْ : سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الطَّاعُونِ، فَأَخْبَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، فَجَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، فَلَيْسَ مِنْ رَجُلٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، فَيَمْكُثُ فِي بَيْتِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ ".
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang wabah (tha'un), maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan kepadaku:
"Bahwasannya wabah (tha'un) itu adalah adzab yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seseorang yang ketika terjadi wabah (tha'un) dia tinggal di rumahnya, bersabar dan berharap pahala (di sisi Allah) dia yakin bahwasanya tidak akan menimpanya kecuali apa yang ditetapkan Allah untuknya, maka dia akan mendapatkan seperti pahala syahid".
إسناده صحيح على شرط البخاري • أخرجه البخاري (٣٤٧٤)، والنسائي في «السنن الكبرى» (٧٥٢٧)، وأحمد (٢٦١٣٩) واللفظ له.
Sanadnya shahih sesuai dengan syarat Al-Bukhari. Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (3474), An-Nasa'i dalam As-Sunan Al-Kubra (7527), Ahmad (26139) dan lafadz ini adalah lafadz riwayat Ahmad.
قال ابن حجر رحمه الله : "اقتضى منطوقه أن من اتصف بالصفات المذكورة يحصل له أجر الشهيد وإن لم يمت ".
فتح الباري (194/10)]
Ibnu Hajar rahimahullah berkata: konsekuensi manthuq ( makna eksplisit) hadits ini adalah, orang yang memiliki sifat yang disebut pada hadits tersebut akan mendapatkan pahala syahid walaupun tidak meninggal dunia. (Fathul Bari: 10:194).
Demikian sebagaimana dialihbahasakan oleh Fuad Hamzah Baraba.