Usulan Harga Tiket Pulau Komodo Tak Masuk Akal. Wisman Takut
Rencana kenaikan harga tiket masuk ke Pulau Komodo yang disampaikan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Laiskodat terus menuai polemik. Pasalnya, harga tiket masuk tersebut dinilai tidak masuk akal.
Pengamat ekonomi Dr James Adam menyarankan Pemerintah Provinsi NTT untuk berfikir ulang. Menurutnya, rencana gubernur menaikkan tarif masuk Taman Nasional Komodo (TNK) sebesar US$500, atau sekitar Rp 7 juta per pengunjung, terlalu tinggi.
Harganya tidak sesuai pasar, sebab tidak seimbang dengan kondisi riil yang ada di TNK saat ini.
Menurut James, jika ingin menerapkan tarif sebesar itu, sebaiknya Pemprov NTT memperbaiki, dan menyiapkan terlebih dahulu sejumlah infrastruktur pendukung dalam lokasi TNK.
"Ini kan seperti analogi jual beli barang antara produsen dan konsumen. Semakin barang itu berkualitas dan bagus maka harga tidak akan menjadi soal bagi konsumen. Itu jika fasilitas, infrastruktur, manajemen, dan SDM di TNK sudah bagus yang tentu akan memberikan daya tarik berbeda bagi pengunjung," ujar James, beberapa waktu lalu di Kupang.
James Adam mengatakan, rencana Pemprov NTT untuk menaikan tarif bagi pengunjung yang masuk Serta kapal yang berlabuh di kawasan TNK sebetulnya satu gebrakan positif. Hal ini tentu berkaitan dengan kontribusi terhadap penerimaan daerah. Tetapi itu tentunya harus dengan kajian yang tepat.
"Prinsipnya adalah tarif tersebut harus rasional dan marketable. Sebab, soal tarif akan berpengaruh terhadap wisatawan atau pengunjung TNK," pungkas James yang juga Anggota International Fund for Agricultural Development (IFAD) untuk Program Pemberdayaan Ekonomi itu.
Sebelumnya, Gubernur NTT, Viktor Laiskodat, menyatakan akan menaikkan harga tiket masuk ke Pulau Komodo hingga USD 500 atau setara Rp 7 juta bagi wisatawan mancanegara. Selain itu juga menaikkan tiket masuk bagi wisatawan nusantara sebesar USD 100 atau setara Rp 1,4 juta.
Bukan itu saja, setiap kapal yang berlabuh pun juga akan dikenakan biaya berlabuh. Nilainya cukup fantastis, USD 5.000 atau setara dengan Rp 70 juta.
Meski belum disahkan, kabar ini membuat wisatawan baik dalam maupun luar negeri ketar-ketir dan gelisah. Terutama bagi mereka yang telah merancang rencana perjalanan untuk menyambangi pulau yang dihuni binatang reptil purba kebanggaan Indonesia tersebut. (*)