Ustaz dan Guru Sejati Menurut Syams Tabrizi
Merebaknya ustaz penceramah, kerap dianggap sebagai guru oleh masyarakat awam. Sementara, kualitas keilmuannya mereka belum teruji. Ada yang karena penampilannya enak dipandang, ceramahnya lancar memesona, begitu mudah menggaet penggemar.
Benarkah demikian?
Kehadiran guru bagi para pencari jalan kerohanian (salik) mempunyai standar berbeda dengan pandangan umum itu.
KH Husein Muhammad, mencoba menjelaskan dalam dimensi sufistik dalam tradiri tasawuf, tentang ustaz atau guru rohani. Berikut catatannya, dalam perspektif Sams Tabrizi, guru sufi Maulana Jalaluddin Rumi.
Aku melihat kini makin tumbuh berkembang para juru dakwah muda yang populer dipanggil ustadz.
Mereka hadir di banyak tempat dan ruang sosial, sebagian tampil dengan aksesori dan performa "keren" dan "anggun". Sebagian di antara mereka bergamis dan bersorban, ada yang kecil ada yang besar. Orasi dan retorikanya amat menarik publik awam. Mereka juga menyelipkan bicaranya dengan menyajikan lelucon bagai penghibur yang membuat penontonnya/pendengarnya tertawa tergelak gelak. Menarik sekali.
Mereka Suka Mencaci-maki
Tetapi tidak jarang pula ada di antara mereka yang berteriak-teriak memprovokasi dan mencaci maki orang lain dengan menyebut namanya atau kelompok sebuah komunitas tertentu yang dianggapnya sesat atau bahkan kafir.
Cara mereka berceramah adalah seperti guru yang mengajar anak-anak : yang mengharuskan atau melarang sesuatu perbuatan disertai ancaman hukuman : masuk neraka jika tidak melaksanakan perintah, atau menjanjikan dan memastikan mendapat keuntungan, pahala atau sorga jika menuruti atau melaksanakannya.
Fenomena model pendakwah seperti itu sesungguhnya selalu ada di segala zaman, dan tempat di dunia dalam jumlah banyak. Syams Tabrizi, sang Darwish pengelana, guru spiritual Maulana Rumi, menemukan banyak para guru dan ustadz semacam itu pada zamannya. Ia lalu memberikan komentar atas fenomena itu sekaligus memberikan pandangan siapa ustadz sejati :
يوجد معلمون وأساتذة مزيفون في هذا العالم أكثر عددا من النجوم في الكون المرئي. فلا تخلط بين الأشخاص الأنانيين الذين يعملون بدافع السلطة وبين المعلمين الحقيقيين. فالمعلم الروحي الصادق لا يوجه انتباهك إليه ولا يتوقع طاعة مطلقة أو إعجابا تاما منك، بل يساعدك على أن تقدر نفسك الداخلية وتحترمها. إن المعلمين الحقيقيين شفافون كالبلور، يعبر نور الله من خلالهم.
"Para guru dan ustaz gadungan/palsu yang ada di dunia ini jauh lebih banyak daripada bintang yang tampak di alam semesta. Anda perlu cermat, jangan keliru, untuk tahu siapa saja para ustaz yang haus kekuasaan dan egois, dan siapa saja para guru sejati. Seorang guru spiritual sejati tak akan memintamu untuk patuh total kepada dirinya dan memujanya. Tetapi, ia akan membantumu untuk menemukan dan memuliakan dirimu sendiri. Para ustadz/ guru sejati bagai cermin bening yang menangkap cahaya Tuhan lalu memancarkannya. "
Para guru sejati dalam pandangan bijakbestari hadir untuk membagi cahaya pengetahuan kemanusiaan, bukan membodohi orang lain dan bukan pula untuk membesar-besarkan dirinya sendiri. Mereka hadir untuk kebahagiaan orang lain, bukan untuk kesenangan diri sendiri. Mereka rela menanggung luka demi cinta.
Mereka bagai lilin menyala yang cahayanya menyebar ke ruang-ruang sekitarnya yang gelap, sementara dirinya rela jika terbakar (berkorban). Atau bagai pohon rindang dengan buah yang lebat dengan akar yang menghunjam jauh ke dalam. Mereka menaungi sekaligus memberi kepada orang lain, sedang dirinya tidak menikmati buah itu.
Demikian renungan KH Husein Muhammad, Pengasuh Pesantren Dar el-Quran, Arjawinangun Cirebon.
Advertisement