Ustadz Somad Minta Aparat Bertindak
Pasca mengalami intimidasi sebelum mengisi acara tabligh di Bali, Ustadz Abdul Somad mendesak kepada aparat penegak hukum di Bali untuk mengambil tindakan kepada para pelaku. Ustadz Somad menganggap mereka yang melakukan intimidasi itu sudah mencederai ke-Bhinekaan yang sudah berjalan baik di Bali. Kelompok yang intimidasi Ustadz Somad itu juga dianggap bukan sebagai representasi orang Bali yang tidak menginginkan kehadirannya di Pulau Dewata ini.
"Hadirnya Raja Bali DR.Ida Cokorde Pemecutan XI dan beberapa tokoh Hindu pada tabligh akbar tadi malam membuktikan bahwa para provokator ini tidak mewakili rakyat Bali," kata Ustadz Somad dalam klarifikasinya.
Berikut kronologis dan klarifikasi yang ditulis oleh Ustadz Abdul Somad.
Kamis, 7 Desember 2017.
Saya mendapat berita di group WA bahwa KRB (Komponen Rakyat Bali) menetapkan syarat bahwa saya diterima di Bali jika mau berikrar di Rumah Kebangsaan. Saya menolak karena:
A.Saya bukan pemberontak.
B.Saya tdk terdaftar di ormas terlarang.
C.Saya mendapat beasiswa Mesir-Indonesia thn 1998 setelah lulus Pancasila dan P4. Saya lulus tes PNS 2008 karena bukan anti Pancasila.
Kamis, jam: 22.15
Saya WhatsApps (WA) Ketua Panitia: Pak, kalau mereka tetap meminta saya ikrar kebangsaan. Saya tidak hadir. Pak Ketua Panitia menjawab: Kita masih dialog dengan Polda.
Jumat, 8 Desember 2017
Jam: 00.15 Saya WA ketua Panitia;Bagaimana Pak? Sudah ada keputusan?
Jam 04:17
WA Ketua Panitia masuk: Kami koordinasikan ke berbagai pihak, tafadh-dhol ust ut berangkat...". Saya pahami dari WA ini bahwa masalah clear.
Jam: 13.00
Kami sudah menunggu pak Nadlah di Bandara Denpasar Bali. Kami dibawa ke Hotel Aston. Makan dan istirahat.
Jam 16:00
Saya dibangunkan. Saya curiga akan disidang. Saya minta tim beli tiket. Kita pulang, karena ini di luar kesepakatan, Kelihatannya kita dijebak. Saya dibawa ke salah satu ruang di Hotel Aston. Di sana sudah menunggu sekitar 10-15 orang.
Mereka meminta saya berikrar. Saya klarifikasi bahwa semua yang dituduhkan ke diri saya adalah fitnah. Karena saya menolak berikrar mereka melontarkan kata-kata tidak layak: Ngeles!, Seperti PKI, "Panitia mendatangkan ustad otak SD, Pulangkan saja dan lain-lain. Maka saya memilih pulang. Saya kembali ke kamar hotel untuk siap-siap pulang ke bandara.
Jam 17:00
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Bali yg dari awal mendampingi menangis memikirkan apa yang akan terjadi kalau saya pulang. Dari pihak Aston menyampaikan bahwa situasi tidak terkendali, hotel tidak bertanggung jawab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Seorang polisi masuk menyampaikan ada jalan belakang hotel menuju mobil jika ingin meninggalkan hotel karena pintu depan tidak terkendali. Kapolres dan Dandim masuk. Meminta agar mempertimbangkan,selamatkan ummat. Di masjid An-Nur ada 5000an jamaah yang siap datang ke Aston. Di Aston memanas. Suasana mencekam.
Jam 18:00
Bismillah. Saya dan semua yg ada di kamar menuju ruangan mediasi awal. Pak Kapolres memberikan sambutan singkat. Gus Yadi membawa bendera, dicium semua yanga ada di ruangan. Keluar ruangan menuju lobi hotel. Pengunjuk rasa bergemuruh. Pengawalan ketat. Pengunjuk rasa tetap berteriak, Nyanyikan dari hati. Jangan di mulut saja! Menyanyikan Indonesia Raya. Saat bersalaman mereka menarik dan mencengkeram kuat tangan saya, Usai. Kembali ke kamar.
Selepas Isya
Menuju masjid an-Nur. Ceramah 100 menit. Jamaah antusias. Kembali ke hotel. TvOne minta livecall jam 22.00 WIB. Saya sampaikan untuk menenangkan Netizen yg heboh: "Saya dalam keadaan aman. Sudah tabligh akbar. Sudah di hotel".
Sabtu, 9 Desember 2017
Kajian shubuh di masjid Baiturrahmah berjalan lancar. Sehari penuh istirahat dan menyambut tamu-tamu dan jamaah di hotel. Menjelang maghrib hadir PW NU,Muhammadiyah,MUI Bali,Gnpf dan lain-lain. Ba'da Isya ke Masjid Baiturrahmah tabligh Akbar terakhir.
Minggu, 10 Desember 2017
Selepas shalat shubuh menuju airport didampingi MUI,GNPF,Kepolisian menuju bandara. Mereka masih memunculkan berita-berita di media sosial bahwa saya menolak ikrar karena benar anti NKRI. Jamaah tersakiti karena mereka menuduh saya tidak berani pulang karena sudah termakan honor.
Saya sampaikan ini fitnah.
Semua honor di Bali sudah saya kembalikan ke Ketua Panitia, Kami orang Riau walau tidak kaya masih tumbuh sebatang dua batang pokok sawit yang menghantarkan kami ke Cairo pada tahun 1998 saat 1 Dolar Rp.20.000.- karena ongkos dibebankan ke siswa.
Harap diambil tindakan hukum terhadap mereka yang sudah merusak ke-Bhinekaan yang terjaga di Bali selama ini. Hadirnya Raja Bali DR.Ida Cokorde Pemecutan XI dan beberapa tokoh Hindu pada tabligh akbar tadi malam membuktikan bahwa para provokator ini tidak mewakili rakyat Bali.
Agar muslim Bali membentuk Aliansi Muslim Bali untuk menjaga interen dan eksteren tetap menjaga kerukunan dengan saudara Hindu Bali untuk mengantisipasi para provokator yang dapat merusak kerukunan di masa akan datang. NKRI Harga Mati (amr)
Advertisement