Ustadz Arifin dan Dzikir yang Mendinginkan Fikir
"Kafani, shalatkan dua kali, dan makamkan di Gunung Sindur", begitulah wasiat dari Ustadz Arifin Ilham beberapa waktu lalu yang ditulisnya dalam keadaan sakit karena terserang kanker kelenjar getah bening.
Wasiat itu terngiang-ngiang kembali tatkala kabar duka mengejutkan bangsa ini tentang kepergian ustadz yang pada 8 Juni mendatang genap berusia 50 tahun. Salah seorang dai kondang yang memiliki begitu banyak jamaahnya telah berpulang ke Sang Khalik, Allah Swt.
Dai dan juga Pimpinan Majelis Taklim Adz-Dzikra Ustadz Muhammad Arifin Ilham wafat di Rumah Sakit Gleneagles, Penang, Malaysia pada Rabu, 22 Mei 2019 pukul 23.20 waktu setempat atau 22.20 WIB.
Ketua Yayasan Az-Zikra, Khotib Kholil, menyebutkan bahwa jenazah Ustadz Muhammad Arifin Ilham akan dua kali dishalatkan di dua lokasi berbeda ketika tiba di Bogor, Jawa Barat, sesuai wasiat almarhum.
"Beliau berwasiat ingin dishalatkan di Az-Zikra Sentul, setelah itu dishalatkan juga di Az-Zikra Gunung Sindur, lalu dimakamkan di sana," katanya.
Sebelumnya telah berulang kali beredar isu tentang berpulangnya Ustadz Arifin Ilham sejak dia dirawat di rumah sakit di negeri jiran karena kanker getah bening yang dideritanya. Tapi kabar tersebut ditepis oleh keluarga dan sahabat.
Arifin Ilham dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, pada 5 Januari 2019 dan sekitar lima hari kemudian dia diterbangkan ke Penang, Malaysia, untuk menjalani perawatan dan pengobatan intensif guna mengikis kanker yang diidapnya.
Kondisi kesehatannya membaik dan dia diperbolehkan ke luar dari RS Gleneagles, Penang, pada 18 Januari 2019 tetapi masih tinggal di sebuah apartemen di negeri jiran tersebut karena masih harus kontrol sembari beristirahat dan memulihkan kondisinya. Ia pulang kembali ke rumahnya di kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 31 Januari 2019.
Namun beberapa waktu lalu dia dikabarkan menjalani perawatan kembali di rumah sakit yang sama di Penang dan pada 21 Mei lalu dikabarkan dalam kondisi kritis, hingga akhirnya terdengar kabar duka bahwa beliu wafat.
Kali ini berita duka cita itu benar adanya setelah muncul cuitan dari sahabat yang juga pendakwah KH Abdullah Gymnastiar di akun twitternya. Kabar tersebut semakin diperkuat dengan unggahan putra Ustadz Arifin Ilham dalam akun instagram @alvin_411.
"Innalillahi wa innailaihi rojiun. Telah wafat Abi kami tercinta Abi @kh_m_arifin_ilham. Semoga Allah terima amal ibadahnya, diampuni semua dosanya, dimasukkan ke surganya Allah SWT, aamiin. Insya Allah secepatnya Abi dipulangkan dari Malaysia dan dimakamkan di pesantren Azzikra Gunung Sindur Bogor. Sekiranya jika ada salah kata atau perbuatan dari Abi, mohon dibuka permintaan maaf sebesar besarnya. Ya Allah, jika ini yang terbaik, kami ikhlas ya Allah, kami ridho ya Allah".
Ustadz yang akan berusia genap 50 tahun pada 8 Juni mendatang itu diketahui mengidap kanker getah bening sejak akhir 2018 dan berulang kali menjalani perawatan di Malaysia.
Zikir
Ustadz Arifin Ilham dengan suara serak dan selalu menggebu-gebu yang menjadi ciri khasnya namun menenteramkan hati dengan kalimat takbir, tauhid, dan tahmid yang kerap muncul dalam setiap dakwah dan zikirnya.
Dalam salah satu dakwahnya, Ia mengatakan bahwa hamba yang beriman itu hatinya damai dengan berzikir kepada Allah, ketahuilah hanya dengan zikir hati itu akan damai.
Zikir yang amat terkenal dari setiap beliau berceramah adalah "Subhanallah walhamdulillah walailahaillallah wallahuakbar" yang bermakna Maha Suci bagi Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada satu Tuhan pun yang patut disembah kecuali Allah, dan Allah Maha Besar.
Bahkan tak saat sehat saja beliau kerap berceramah. Saat sakit pun kerap menghadiri majelis taklim. Bahkan melalui akun instagramnya dipenuhi dengan ceramah-ceramah yang menyejukkan dan mengingatkan manusia kepada kebesaran Allah Swt. Akun instagramnya, kh_m_arifin_ilham memiliki pengikut sebanyak 1,3 juta "followers".
Ustadz yang lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, itu kerap mengingatkan untuk terus berzikir kepada Allah SWT, dimana, kapan, dimana pun dan dalam setiap keadaan apa pun.
Ustadz Arifin Ilham adalah anak kedua dari lima bersaudara, dan dia satu-satunya anak lelaki.
Ayah Arifin Ilham masih keturunan ketujuh Syeh Al-Banjar, ulama besar di Kalimantan, sementara ibunya, Hj Nurhayati, kelahiran Haruyan, Barabay, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Arifin kecil dikenal sebagai anak yang nakal dan tidak begitu pintar, ia baru bisa baca-tulis huruf Latin setelah kelas 3 SD.
Ia bahkan pernah tercebur ke sungai kecil tak bernama di Jalan Sutoyo, Banjarmasin, saat masih berusia dua tahun saat bermain-main air menemani sang ibu yang sedang sibuk mencuci.
Kenakalan Arifin bahkan masih berlanjut meskipun sudah dipindahkan ke SD Rajawali dari sekolah asalnya SD Muhammadiyah. Ia mulai mengenal judi dan merokok.
Pendidikan yang keras dan disiplin terhadap Arifin di rumah rupanya tidak selalu membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan kedua orang tuanya. Di luar rumah, Arifin menikmati dunianya sendiri, sehingga membuat kedua orang tuanya jadi semakin cemas.
Oleh kedua orang tuanya Arifin pun didatangkan guru mengaji ke rumah. Selain diharapkan pintar mengaji, kedua orang tuanya juga berharap agar anak lelaki satu-satunya itu tidak banyak bermain di luar rumah.
Tahun 1982 ayah-ibunya berangkat ke Tanah Suci Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Sementara itu, pikirannya tidak tenang dan menjadi titik balik ia perubahannya.
Akhirnya ia masuk ke pesantren atas kemauan sendiri tepatnya di Pesantren Darunnajah di Ulujami, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Setelah lulus dari pesantren, ia melanjutkan ke perguruan tinggi. Ia masuk FISIP, Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Nasional (Unas), Jakarta dan lulus pada 1994.
Arifin juga dikenal sebagai penyayang binatang, ia memelihara burung hantu, ayam kate, bahkan kera. Pada awal April 1997, Ia diberi ular hasil tangkapan warga kampung di semak belukar. Namun, hal nahas pun terjadi, ular tersebut menggigitnya hingga keadaanya kritis.
Ia dibawa berobat ke RS St. Carolus, Jakarta untuk mendapatkan perawatan setelah kondisinya semakin kritis. Setelah 21 hari mengalami koma kesehatannya mulai pulih.
Ia juga sudah mulai aktif kembali ke Masjid Al-Amru Bit-Taqwa, masjid yang didirikan olehnya bersama tetangganya di Perumahan Mampang Indah II, Depok. Selain berceramah, ia mulai lagi memperbanyak zikir berjamaah [zikir bersama-sama].
Budi Noor dan Abdul Syukur, orang dekat Arifin, mengemukakan bahwa zikir berjamaah itu sudah dilakukan jauh sebelum Arifin mengalami koma akibat digigit ular.
Arifin berzikir karena ingin mencintai Allah secara lebih total Arifin prihatin melihat kenyataan umat Islam yang saat ini sedang terpuruk, dizalimi, difitnah, dan ditindas.
Dari satu dua orang jamaah, sampai memenuhi masjid hingga akhirnya sering diundang ke televisi, zikir yang dilantunkan suami dari Wahyuniati Al-Waly, Rania Bawazier dan Umi Akhtar memikat banyak orang yang bukan hanya zikir lisan tapi juga sampai ke hati.
Selamat jalan ustadz, zikir dan nasihatmu tetap melekat dalam hati.
Sesungguhnya semua milik Allah dan akan kembali kepada Allah. (ant)
Advertisement