Uskup Chile Ramai-Ramai Mundur
Sebanyak 34 uskup Chile mengajukan pengunduran secara massal ke Paus Francis. Pengunduran diri seluruh uskup Chile yang belum pernah terjadi sebelumnya, dilakukan menyusul kasus skandal seksual.
Ke-34 uskup tersebut sebelumnya dipanggil Paus Fransiskus secara khusus ke Vatikan pada pekan ini untuk membahas pelecehan seksual itu.
Kasus itu mencuat ketika publik Chile memprotes pengangkatan Uskup Juan Barros untuk memimpin keuskupan di Osorno pada Januari 2015.
Sebab, Barros dianggap melihat mentornya, Fernando Karadima, seorang imam yang karismatik, melakukan pelecehan terhadap seorang anak muda.
Selain Barros, korban Karadima mengaku terdapat imam lainnya di komunitas El Bosque yang melihat aksi tersebut, namun tidak melaporkannya.
Saat Januari lalu, Paus Fransiskus yang mengunjungi Chile sempat melontarkan komentar kontroversial dengan membela Barros.
Namun, dia kemudian menyadari kesalahannya, dan mengutus seorang uskup yang ahli dalam kasus pelecehan seksual untuk menyelidiki kebenaran kabar tersebut.
Selain itu, Paus juga mengundang tiga korban Karadima untuk memberi kesaksian pada April. Mereka adalah Juan Carlos Cruz, James Hamilton, Jose Andres Murillo.
Diskusi tertutup antara Paus dengan ke-34 uskup Chile dilakukan selama tiga hari hingga tanggal 17 Mei 2018. Dari hasil pertemuan itu, muncullah pengumuman mengejutkan tersebut.
Belum jelas apakah Paus akan menerima semua atau satu pengunduran diri dari para uskup, yang memegang semua tugas tertinggi di gereja Katolik Roma.
“Kami menyerahkan posisi kami ke Bapak Suci dan menyerahkannya kepada beliau untuk memutuskan secara bebas bagi masing-masing kami,” kata para pastur dalam pernyataan bersama yang dibacakan Pastur Fernando Ramos, yang bertindak sebagai juru bicara para pastur, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (19/5/2018).
Menurut dia, para pastur akan tetap melaksanakan tugasnya hingga Paus membuat keputusannya. Skandal ini telah merusak kredibilitas gereja di negara itu dan juga melukai citra Paus.
Vatikan menolak berkomentar tentang waktu keputusan atau pengunduran diri mereka. Seorang pejabat gereja mengatakan untuk pertama kali para pastur dari sebuah negara mengajukan meninggalkan pos mereka dengan cara tersebut.
Dalam pernyataan itu, para pastur mengucapkan terima kasih atas kritik yang disampaikan secara kekeluargaan. “Dari semua itu, kami meminta maaf atas kepedihan yang dialami para korban, paus, dan negara kami atas kesalahan serius yang kami lakukan,” demikian pernyataan itu. (*)
Advertisement