Mbah Jasikin, Pencuci Keris di Kediri yang Rela Dibayar Rokok
Tangannya bergetar saat memegang keris yang akan dicucinya. Tak lama kemudian sebilah keris dan benda lain yang mungkin jimat diletakkan di wadah khusus. Mbah Jasikin pun kemudian membersihkan dua barang aji tersebut secara bergantian.
Mbah Jasikin membersihkan dua benda keramat tersebut bukan dengan menggunakan sabun. Melainkan dibersihkan dengan kombinasi bahan herbal. Campurannya, ada jeruk pecel, mengkudu, daun nanas, merang, kembang sekar telon serta katul.
Mbah Jasikin, usianya sudah lebih dari 100 tahun. Warga Dusun Petok Desa Poh Roboh Kecamatan Semen Kabupaten Kediri ini memang dikenal sebagai tokoh spritual yang memiliki keahlian mencuci keris dan benda bertuah lainnya. Terutama yang terbuat berbahan dari logam.
Bulan Suro seperti sekarang, keahlian Mbah Jasikin dalam mencuci benda pusaka diburu banyak orang. Terutama para kolektor benda pusaka.
"Dalam rumah ada sekitar 260 benda bertuah, tersimpan di dalam rumah saya," kata Mbah Jasikin.
Mbah Jasikin usianya memang sudah satu abad lebih. Namun untuk urusan bekerja dia masih semangat. Apalagi saat Bulan Suro seperti sekarang. Order untuk mencuci pusaka menumpuk.
Uniknya, dalam melayani cuci keris, ia sama sekali tidak pernah mematok harga. Semuanya didasari rasa ikhlas karena ingin menolong sesama. Jika ada orang yang membalas jasanya dengan memberinya uang, ia akan menerima pemberian tersebut. Jika tidak, ia pun tak pernah sakit hati.
"Diberi satu bungkus rokok pun, saya terima. Selama ini saya tidak pernah mematok harga kepada pelanggan. Siapa pun yang datang ke sini selalu saya persilakan. Meski pun diberi upah rokok sekalipun tetap saya terima. Saya legowo ingin nolong," ujarnya dalam Bahasa Jawa.
Padahal, dalam mencuci keris pusaka, Mbah Jasikan tak bisa sembarangan. Butuh usaha yang kuat. Apalagi saat akan mencuci keris pusaka yang dalamnya ada 'tuah' gaibnya. Mbah Jasikin harus puasa dulu sebelum prosesi pencucian dilakukan. Mbah Jasikin harus puasa sehari sebelum ritual pencucian dilakukan. Baru setelah puasa selesai, Mbah Jasikin berani melangkah ke tahap selanjutnya. Mencuci keris pusaka.
Setelah ritual puasa selesai, ia berdoa meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama yang diyakininya. Dengan ritual yang dilakukanya tersebut, ia meyakini apabila ada makhluk gaib yang bersemayam di dalam benda pusaka atau pun jimat, tidak akan mencelakainya.
"Namanya ritual tolak taman, jadi harus puasa dulu. Selama ini saya merasa tidak pernah diganggu oleh makhluk gaib mana pun," kata kakek yang sudah memiliki buyut berusia 40 tahun ini.
Ada beragam jenis keris yang mengantre untuk dicuci. Misalnya, Keris Pulang Geni, Keris Jangkung, Keris Roso Joyo Mojopahit, Keris Derajat Pangkat dan lainya. Keris-keris ini diyakini memiliki aura supranatural. Bahkan ada benda berbentuk keris yang ukurannya sangat kecil. Sarungnya saja berbentuk Semar.
Ada pula benda bertuah berbentuk cemeti dan senjata trisula berwarna kuning yang antre untuk dimandikan. Benda benda bertuah (jimat) tersebut digunakan diduga untuk segala keperluan pemiliknya.
Meski sudah sepuh, sepintas kondisi fisik Mbah Jasikin terlihat sehat. Mbah Jasikin hanya sudah kalah soal pendengaran. Makanya, untuk bisa berbicara dengan Mbah Jasikin harus sedikit 'mbengok'. Dia memang sudah rada budheg.
Karena keahliannya ini, Mbah Jasikin punya banyak 'pelanggan'. Mulai dari Kediri, sampai Kertosono, Nganjuk dan seputar eks Karesidenan Kediri lainnya. Mereka, para pemilik pusaka tersebut rela datang dari jauh-jauhke rumah Mbah Jasikin hanya untuk mencucikan benda pusakanya.
Jika momen Bulan Suro sudah lewat, Mbah Jasikin akan beraktivitas seperti semula. Menggarap sawah miliknya sendiri. Mbah Jasikin meski sudah sepuh memang tak bisa berdiam diri. Tetap sehat ya Mbah.