Usai Tsunami, Bencana Serangan Ular Berbisa Intai Warga
Paska bencana tsunami yang menerjang kawasan Selat Sunda, saat ini muncul ancaman baru berupa gigitan ular berbisa. Ular-ular ini diperkirakan muncul dan berkeliaran setelah sarang mereka terganggu akibat tsunami.
Hasil laporan Dokter Spesialis Emergency, dr Trimaharani menunjukkan bahwa di Pandeglang, Banten saja, saat ini telah ada 14 kasus gigitan ular.
"Di Puskesmas Munjul ada 3, Puskesmas Labuhan 2 kasus, Puskesmas Panimbang ada 1, di Puskesmas lain 3, Rumah Sakit Berkah 1, dan Puskesmas Cibitung 4. Jadi total ada 14 kasus," kata dr Tri dalam siaran pers Kementerian Kesehatan, Rabu 2 Januari 2019.
Beruntung para korban gigitan ular segera tertolong sehingga saat ini kondisinya mulai membaik. Dokter Spesialis Emergency bersama Ikatan Dokter Indonesia juga telah melatih tenaga kesehatan di pengungsian terkait penanganan gigitan ular ini.
Hasil riset yang dilakukan Dokter Spesialis Emergency menunjukkan selama enam tahun terakhir setiap muncul bencana akan diikuti oleh ancaman gigitan ular.
"Setiap disaster ada risiko snakebite. Misalnya ini terjadi di banjir Sampang, gempa di Lombok, erupsi Gunung Raung, Erupsi Merapi, serta erupsi Gunung Agung," ujarnya.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, dr Achmad Yurianto minta masyarakat dan pemerintah daerah selalu waspada terhadap ancaman serangan ular ini.
Sementara itu, jika digigit ular, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah tenang dan istirahat, memasang bidai serta mengurangi pergerakan. Segera pergi ke puskesmas maupun rumah sakit terdekat.
Jika digigit ular, maka jangna pergi ke dukun apalagi dihisap atau disedot. Jangan ditoreh atau dikeluarkan darahnya. Jangan juga dipijat, jangan diikat, dan jangan menggunakan obat herbal. (man)