Upacara Militer, Abu Jenazah HS Dillon Dimakamkan di TMP Kalibata
Abu jenazah mendiang Harbrinderhit Singh Dillon (H.S Dillon) akhirnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Selasa 17 September 2019.
Sebelumnya, jenazah tokoh keturunan India tersebut, dikremasi di rumah kremasi Kertasamade di Mumbul Nusa Dua. Upacara kremasi berlangsung pukul 10.00 WIT. Jenazah disemayamkan di rumah duka C di RSAD Udayana Jl. Sudirman Denpasar.
Dalam pemakaman abu jenazah HS Dillon, dilakukan dengan upacara kenegaraan militer. Dimaksudkan untuk mengenang jasa-jasa tokoh Indonesia yang aktif di bidang ekonomi, sosial, dan hak asasi manusia atau HAM itu.
Anak kedua Dillon, Mahawira Singh Dillon, menjelaskan hal itu pada media, termasuk ngopibareng.id.
Dillon wafat di usia 75 tahun setelah dirawat di Rumah Sakit Siloam Bali pada Senin petang, 16 September 2019, lantaran sakit. Ia sudah dirawat sejak 18 Agustus 2019 lalu.
Ia meninggalkan seorang isteri, Drupadi dan sejumlah putra,
Wira, dan Reksha. Sedang menantunya, Citi dan dua cucu: Rani dan Ravi.
Semasa hidup, HS Dillon pernah menduduki jabatan di pemerintahan, antara lain Staf Menteri Pertanian era Orde Baru. Kemudian Anggota Komnas HAM (1998); Anggota Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (2000-2001).
Ia juga pernah menjabat Direktur Kemitraan untuk Reformasi Pemerintahan dan Utusan Khusus Presiden bidang Penanggulangan Kemiskinan (2011-2014).
Atas jasa-jasanya, pria kelahiran Medan 23 April 1945 itu menerima Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Jokowi pada 7 Agustus 2015.
HS Dillon adalah tokoh keturunan Sikh di Indonesia yang menjadi birokrat. Meski setia dengan identitas Sikh-nya, keindonesiaan Dillon tak diragukan lagi. Beberapa gagasannya untuk memajukan taraf hidup petani terbukti berhasil. Antara lain, lewat pola perkebunan inti rakyat (PIR) yang dipraktikkan di Labuhan Batu, Sumatera Utara. Yakni pembagian lahan perkebunan negara kepada buruh dan masyarakat setempat.
Proyek inilah yang pertama kali membuktikan bahwa petani juga mampu membudidayakan kelapa sawit.
Hasilnya, produktivitas karet dan kelapa sawit, yang dikelola dengan pola PIR, pada 1980-an, dapat mengalahkan perkebunan besar.
Dillon pun kerap mewakili Indonesia dalam pertemuan-pertemuan internasional. Ia, misalnya, pernah dipercaya menjadi utusan khusus untuk membantu Jacques Diouf menjadi Dirjen Food and Agriculture Organization (FAO) pada 1993. Ia juga pernah terpilih sebagai anggota Consultative Committee Common Fund for Commodities, yang berkedudukan di Amsterdam. Dillon pun pernah menjabat Vice President Asian Society of Agricultural Economist, 2001.
Karena sosoknya yang Sikh itu, di banyak acara internasional dia disangka sebagai delegasi India ketimbang Indonesia. "Bahkan saya pernah ditolak di sebuah kedutaan kita di Eropa," kata Dillon sambil tertawa, kenangnya pada sejumlah media ketika itu.