UNUSA Berdayakan Bunda PAUD di Kota Surabaya Melalui Keterampilan Berbahasa
Universitas NU Surabaya terus menunjukkan perannya dalam menciptakan kader generasi bangsa yang bermoral dan berkarakter. Upaya dan peran pengabdian kepada masyarakat ini ditunjukkan dalam melakukan pemberdayaan terhadap para guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kota Surabaya.
Sebanyak 40 guru PAUD di bawah lembaga pendidikan Ma'arif mendapatkan pelatihan ketrampilan oleh dua dosen S1 Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNUSA yaiut Rudi Umar Susanto,S.Pd.,M.Pd dan Fifi Khoirul Fitriyah,S.Pd.,M.Pd.
Menurut Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat UNUSA, Rudi Umar Susanto, kegiatan ini dilatarbelakangi UU Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14 yang menyebut pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun.
Pendidikan anak dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Untuk itu perlunya program pendidikan yang dirancang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
"Anak usia dini adalah seorang individu yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat dan fundamental. Anak usia dini memiliki dunia dan karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa. Mereka aktif, dinamis, antusias, kreatif, dan sangat ingin tahu terhadap berbagai jenis hal dari mulai yang dilihat dan dilakukan oleh seseorang," kata Rudi, Kamis, 28 Juni 2018.
Tambah Rudi, terkadang anak juga bersifat egosentris (anak melihat, merasa,dan berpikir hanya dari sudut pandang dirinya dan belum bisa menempatkan dirinya terhadap sudut pandang orang lain), anak usia dini adalah individu yang unik, kaya dengan fantasi, dan merupakan masa yang penting untuk belajar.
"Salah satu aspek yang perlu dikembangkan dan dipelajari sejak dini adalah bahasa. Karena pada usia ini anak akan mengoptimalkan seluruh pengetahuannya. Hal ini yang nantinya akan menentukan keberhasilan anak pada tahapan berikutnya," katanya.
Dan keberhasilan itu, lanjut Rudi, bisa dilihat dari perkembangan bahasa yang digunakanya untuk berkomunikasi. Untuk itu pada masa ini anak akan belajar selain bahasa ibu (pertama). Selain itu otak anak akan dapat dengan mudah menyerap bahasa.
"Melihat kondisi semacam itu, kami mengadakan pengabdian kepada masyarakat dengan sasaran bunda-bunda PAUD yang di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'arif Kota Surabaya," katanya.
Rudi Umar Susanto juga mengatakan seseorang dikatakan memiliki kemampuan apabila telah melalui dan menyelesaikan sebuah proses, proses yang harus dilalui dalam bahasa dan berbahasa ialah empat aspek keterampilan berbahasa.
"Aspek membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Keempat aspek ini bukan hanya mendukung dalam ruang lingkup berbahasa saja melainkan dalam ruang lingkup kehidupan pun saling berhubungan erat," katanya, di sela-sela pengabdian masyarakat di Kampus A UNUSA Wonokromo.
Rudi menambahkan, pemberdayaan keterampilan berbahasa sebenarnya bersumber dari keterampilan membaca dan menulis, setelah itu menyimak dan berbicara akan berkembang. "Sebab siapa pun yang mampu membudayakan baca dan tulis, maka ia telah memiliki senjata dan sarana dalam membangun peradaban dan tradisi masyarakat yang berilmu," tambahnya.
Sementara Fifi Khoirul Fitriyah menambahkan, penguasaan bahasa khususnya penguasaan keterampilan berbicara anak Pendidikan Anak Usia Dini dapat diperoleh melalui pembelajaran. Pembelajaran bahasa mengacu pada pengumpulan pengetahuan bahasa melalui sesuatu yang disadari, merupakan kemampuan yang dipelajari. Kemampuan bahasa yang diperoleh melalui pembelajaran ini disebut pemerolehan bahasa kedua.
"Anak akan mengalami proses pemerolehan bahasa kedua melalui pembelajaran. Pengembangan kemampuan berbahasa pada anak usia dini bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia," ungkapnya.
Fifi menerangkan bahwa kegiatan pengembangan bicara anak yaitu agar anak mampu mengungkapkan isi hatinya (pendapat, sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat untuk kepentinganberkomunikasi. Akan tetapi, hal tersebut belum dapat dicapai secara optimal.
Sebagai contoh, mengamati fenomena yang terjadi di lapangan, pengembangan kemampuan bahasa anak belum tercapai secara maksimal. Keadaan seperti ini dapat dilihat dari keterampilan berbahasa, khususnya penguasaan keterampilan berbicara anak kurang berkembang.
"Hal ini ditunjukkan dengan ketidakmampuan anak dalam menjawab pertanyaan (apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana), mengajukan pertanyaan (apa, mengapa, di mana, berapa, bagaimana), mengungkapkan pendapat secara sederhana, dan melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan pada Bunda PAUD. Dengan adanya pemberdayaan ini, diharapkan dapat membantu pengajar atau Bunda PAUD dalam memberikan pembelajaran Anak Usia Dini secara efektif," katanya.