Untung Ada Paman Wong, Saat Polisi Brutal Atasi Demo di Hong Kong
Meski usianya begitu senja, Paman Wong, 85 tahun, menjadi "Malaikat Pelindung" dengan berdiri di antara demonstran dan polisi, dan berharap ketegangan mereda. Beberapa menit sebelum konfrontasi, dia bersandar ke dinding, matanya terpejam.
Nampaknya dia kesakitan dengan gas air mata yang ditembakkan. Para pengunjuk rasa yang berada di dekatnya, baik tua atau pun muda, segera berkumpul. Mereka memberikannya air atau menyemangatinya.
Gambar Paman Wong membawa tongkat di atas kepalanya, dan berdiri gagah menghadapi polisi anti-huru hara menjadi satu faktor yang menentukan dalam demonstrasi Hong Kong.
Bersama relawan lain seperti Paman Chan (73) dan warga lansia lainnya, mereka menjadi "Malaikat Pelindung" dan meminta kedua kubu mempertimbangkan dampak aksi untuk mendinginkan situasi.
Dia menuturkan situasi yang dihadapinya sangat berbahaya. Apalagi ketika dia berada di tengah kepulan asap gas air mata atau semprotan merica.
"Namun yang bisa kami lakukan hanyalah berdiri selama 2-3 detik di depan polisi, dan meminta mereka supaya keadaan mereda," katanya.
Dia menjelaskan jika nantinya polisi membubarkan diri, mereka merasa senang. Sebab, ancaman yang dihadapi demonstran adalah 10 tahun penjara.
"Lebih baik mereka membunuh saya daripada anak-anak itu. Kami sudah tua. Namun mereka adalah generasi muda Hong Kong," kata Wong dikutip AFP via Hong Kong Free Press.
Dalam setiap aksi, mereka mengenakan rompi kuning cerah, usia mereka juga begitu senja. Namun mereka dengan sigap bergerak ketika bentrokan dalam demonstrasi Hong Kong terjadi. Seperti misalnya dalam kerusuhan di sebuah mal Minggu 29 Septemer 2019.
Saat itu, sekelompok demonstran berlindung dari polisi dengan berdiri di belakang warga lansia itu. Dalam rompinya, tercetak tulisan "Protect the Children". Sebuah kelompok yang lahir sebagai respons atas semakin brutalnya polisi dalam menangani demonstran dalam demonstrasi Hong Kong.
"Mengapa kalian terus menangapi orang-orang? Mereka generasi muda Hong Kong. Mereka mencintai demokrasi," teriak Paman Wong yang berusia 82 tahun.
Dengan gagah seperti dilansir SCMP, Sabtu 5 Oktober 2019, dia menghadapi unit taktis khusus polisi, dikenal sebagai Raptors, dalam menangkal pendemo.
Kolega Paman Wong
Sama seperti koleganya, Paman Chan sudah siap jika sewaktu-waktu dia ditangkap polisi. "Namun mereka harus punya alasan yang masuk akal," bebernya.
Protect the Children merupakan satu dari sekelompok relawan yang mengawasi pendemo sejak aksi protes dimulai pada Juni lalu. Anggotanya yang terdiri dari sopir hingga ibu rumah tangga dibekali dengan helm, masker gas, dan google yang disebut Chan sebagai "tiga harta berharga".
Mereka mempunyai pusat komando, dan mengerahkan pasukan "rambut perak" ke berbagai lokasi bentrokan menggunakan kendaraan yang ada. Selama menjalankan aksinya, mereka ditemani dengan pemuka agama atau pekerja sosial.
"Kami harap ketika kami muncul, mereka bakal mereda," kata Chan.
Kelompok itu mempunyai unit pendukung emosional, dan jika diperlukan, mereka siap untuk memulangkan demonstran yang masih muda. Selama masa tenang, mereka akan berkeliling dan menyerukan supaya demonstran atau pun pengguna jalan untuk segera menjauh dari rute yang dijaga polisi.
Lama kelamaan, polisi mulai melihat kelompok tersebut sebagai gangguan. Tak jarak aparat setempat berteriak bahwa Protect the Children malah menghancurkan anak-anak.
Chan mengatakan, pada Juli hingga Agustus, dia melihat sikap polisi berubah, di mana mereka sering dikecam karena mengganggu tugas penegak hukum. Bahkan, polisi mengancam bakal menangkap mereka. Juru bicara kepolisian menolak mengomentari grup tersebut, maupun potensi hukum yang bakal mereka hadapi.
September lalu, polisi menuai kecaman setelah muncul video yang memperlihatkan ada anggota mereka yang menendang relawan Protect the Children. Polisi mengklaim mereka menendang "obyek kuning", dan mengaku videonya adalah rekayasa. Bahkan mereka mengaku si relawan yang duluan menyerang, meski tak bisa dibuktikan.
Pendeta Roy Chan selaku penggagas relawan memaparkan, Protect the Children merupakan kelompok untuk menyebarkan cinta bagi dua kubu.