Uni Eropa Umumkan Hasil Investigasi Vaksin AstraZeneca, Kamis
Otoritas Medis Uni Eropa (EMA) menegaskan jika vaksin buatan Oxford, AstraZeneca memiliki manfaat yang melampaui risikonya. Mereka juga menegaskan, tak ditemukan indikasi jika vaksin tersebut menyebabkan pembekuan darah. Namun, pengumuman hasil penyelidikan akan dilakukan pada Kamis.
Pimpinan EMA, Emer Cooke menyatakan jika lembaganya tetap pada pendirian mereka, dengan mengizikan penggunaan vaksin itu. Bahwa jumlah kasus pembekuan darah yang ditemukan pada penerima vaksin tak cukup besar jika dilihat secara umum.
"Kami tahu, banyak orang mengalami pembekuan darah di Uni Eropa, jadi kami ingin megetahui apakah peristiwa ini disebabkan oleh vaksin atau penyebab lain," kata Cooke, dilansir dari BBC, Selasa 16 Maret 2021.
"Penyelidikan kini sedang berlangsung, saat ini, kami masih yakin jika manfaat AstraZeneca untuk menekan gejala sakit dan dirawat di rumah sakit, jauh lebih banyak dibanding risikonta," tambahnya. Sementara, hasil penyelidikan EMA akan diumumkan pada Kamis nanti.
Sikap WHO
Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengaku melakukan pertemuan pada Selasa, 16 Maret 2021 dengan tujuan "mereview laporan gejala pembekuan darah," pada penerima vaksin AstraZeneca.
Pada Senin, juru bicara WHO mengatakan jika "tak ada bukti" bahwa gejala itu berkaitan dengan vaksin. "Kami akan membagikan rekomendasi baru kepada publik secepatnya, jika kami menemukan perkembangan baru," kata Juru Bicara WHO Christian Lindmeier.
Pernyataan AstraZeneca
Perusahan produsen AstraZeneca mengatakan jika tak ada bukti kaitan antara vaksin dan gejala pembekuan darah.
Disebutkan terdapat 15 kasus pembekuan darah dalam pembuluh darah (DVT), dan 22 kasus pembekuan darah yang masuk di dalam paru-paru.
Jumlah ini "jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kasus alami dan serupa yang mungkin muncul di populasi secara umum," kata pernyataan AstraZeneca.
Professor Andrew Pollar, Direkrut Grup Vaksin Oxford, pengembang vaksin AstraZeneca, mengatakan pada BBC jika ada "Bukti yang sangat meyakinkan jika tak ada kasus pembekuan darah di Inggris, di mana dosisi AstraZeneca paling banyak didistribusikan di banding negara lain."
BBC menyebut, vaksin Pfizer Biontech menjadi yang paling banyak digunakan, dengan 70 negara menggunakannya, disusul AstraZeneca yang digunakan 65 wilayah atau negara, kemudian Moderna sebanyak 32 negara, Sinopharm sebanyak 19 negara, Sputnik V sebanyak 17 negara, Sinovac sebanyak 11 negara, Janssen sebanyak dua negara, dan EpiVacCorona serta Covaxin masing-masing satu negara. (Bbc)