Uni Eropa Larang Sejumlah Tinta Tato, Pekerjanya Kelimpungan
Uni Eropa resmi melarang sejumlah bahan kimia yang banyak ditemukan di tinta tato serta kosmetik. Aturan baru yang resmi berjalan setahun setelah disepakati, Desember 2020 lalu, membuat banyak artis tato kesulitan bekerja.
Aturan Uni Eropa
Uni Eropa membuat aturan baru terkait larangan penggunaan bahan kimia tertentu, yang sering ditemukan pada tinta tato dan bahan kosmetik.
Bahan kimia itu disebut berbahaya dan berkaitan dengan kanker, gangguan reproduksi, serta iritasi kulit.
Aturan tersebut disepakati pada Desember 2020. Namun Uni Eropa memberikan waktu setahun bagi industri yang berkaitan, untuk menyesuaikan dan mencari alternatif bahan lainnya.
Penelitian Tinta Tato
Agen Kimia Eropa, pelaku penelitian, mengatakan jika sedikitnya 12 persen dari 450 juta populasi di Eropa, atau sekitar 54 juta orang, memiliki tato.
Uni Eropa pun berupaya mengharmonisasikan aturan dengan kesulitan yang dialami para artisan. Caranya dengan menetapkan ambang batas maksimal dari kandungan kimia tertentu pada tinta tato, atau pada individu yang terpapar tato, diterjemahkan dari Reuters, Rabu 5 Januari 2022.
Artis Tato Kesulitan
Aturan itu menyulitkan industri tato. Para pekerja tato tak bisa semudah itu mendapatkan tinta alternatif agar tetap bisa melayani konsumennya.
Artis tato Tin-Tin, Pimpinan Serikat Industri Tato Prancis (SNAT), mengibaratkan aturan itu dengan pemerintah yang mengambil tepung dari tukang roti. "Bagaimana kami bisa bekerja jika kami tidak memiliki tinta warna," katanya.
Sedangkan upaya untuk mencari alternatif tato juga terhambat kondisi pandemi. Bagi konsumen tato sendiri, mereka mengaku tak begitu risau dengan ancaman bahan kimia yang ada di dalam tinta tato.
Anne Keyen mengatakan, ada banyak bahan yang tidak baik untuk kesehatan dalam produk makanan. "Dan sekarang mereka mengejar tinta tato. Sebagai pengguna tato, saya tidak paham aturan ini," katanya.
Advertisement