Unggahan Terakhir Instagram Djaduk, Sibuk Rapat Ngayogjazz 2019
Meninggalnya seniman kenamaan, Djaduk Ferianto, mengejutkan teman-temannya. Kata tim sesama perancang acara Ngayogjazz 2019, pada Rabu malam, 12 November 2019, Djaduk Ferianto masih mengikuti rapat persiapan acara.
"Mas Djaduk Ferianto wafat dini hari tadi. Kami kaget sekali, karena tadi malam masih rapat dengan kami untuk persiapan Ngayogjazz 2019," ujar Aji Wartono, sahabat dekat Djaduk.
Rapat itu, kata Aji, digelar di sekretariat Ngayogjazz di Jalan Munggur, Yogyakarta. Persiapan acara tersebut memang sudah sangat mendesak karena akan dihelat hari Sabtu 16 November mendatang.
Event Ngayogjazz digalang Djaduk Ferianto. Bahkan dia pernah melakukan penggalangan dana dengan ngamen di jalanan untuk menggelar acara tersebut.
"Benar-benar kaget. Tadi malam masih rapat dengan kami, pagi-pagi mendengar kabar Mas Djaduk sudah wafat," lanjutnya.
Dikutip dari akun Instagram @djaduk, ayah lima anak ini sempat mengunggah foto dirinya tengah rapat event Ngayogjazz.
Namun dalam unggahan foto yang diunggah adik Butet Kertaradjasa ini, dua hari sebelum meninggal dunia, ia mengunggah foto selfie musisi Idang Rasyidi. Foto tersebut diambil dari posisi samping.
Djaduk Ferianto adalah putra bungsu dari mendiang koreografer sekaligus pelukis senior Bagong Kussudiardja. Sejak kecil, Djaduk Ferianto sudah menggumuli dunia seni dari padepokan seni pimpinan ayahnya sendiri.
Sampai akhir khayatnya, pria kelahiran 19 Juli 1964 itu berhasil menjaga pesan ayahnya untuk melestarikan dan menghidupkan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja.
Berpusat di padepokan tersebut, Djaduk Ferianto mendirikan dan memimpin grup musik Kuaetnika, Ring of Fire Project, dan Orkes Keroncong Sinten Remen yang sudah mementaskan berbagai bentuk musik tradisi Indonesia sampai ke Eropa.
Selain bermusik, ia juga pernah terlibat dalam penyutradaraan beberapa pertunjukan Teater Gandrik serta mengerjakan ilustrasi musik untuk sinetron dan film.
Pria bernama lengkap RM Gregorius Djaduk Ferianto itu dikebumikan di makam keluarga di Sambungan, Kasihan, Bantul. Ia meninggalkan seorang istri bernama Bernadette Ratna dan lima orang anak, yakni Gusti Arirang, Rajane Tetabuhan, Presiden Dewa Gana, Ratu Hening, dan Kandida Rani Nyaribunyi.