Unesco Global Geoparks Sewu Siap Revalidasi
Unesco Global Geoparks (UGG) Gunung Sewu siap hadapi revalidasi 2019. Wilayah ini memiliki keragaman geosite tinggi. Melalui konsep manajemennya, area ini sukses menyeimbangkan fungsi konservasi dan pariwisatanya sekaligus.
“Formulasi terbaik harus disusun. Harapannya ini menjadi acuan pengelolaan geopark yang lain. Dan, UGG Gunung Sewu ini menyangkut edukasi dan budaya selain pariwisata. Dengan aneka potensi dan sinergi yang dimiliki, UGG Gunung Sewu siap menghadapi revalidasi 2019,” ungkap Kepala Dispar Gunungkidul Asti Wijayanti, kemarin.
Koordinasi menghadapi revalidasi 2019 sudah dilakukan. Konsepnya Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Jalur Geowisata. Venuenya di Hotel Cyka Raya, Gunungkidul, Yogyakarta.
Forum ini diikuti 40 peserta. Asti menambahkan, UGG Gunung Sewu banyak memiliki geosite terbaik. Total ada 33 geosite dan tersebar di Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan.
“Isu UGG Gunung Sewu kompleks, sama seperti potensi geositenya. Gunungkidul saja ada 13 geosite. Di Gunug Sewu juga banyak temuan goa baru. Belum lagi goa-goa lain yang eksotis. Hal ini bagus untuk dikembangkan dan dibuat paket-paket wisata,” lanjutnya.
Secara geomorfologi, Gunung Sewu 70% didominasi karst. Karakternya berbukit dengan densitas karst mencapai 30 bukit per meter persegi. Komposisi pengisinya ada goa, ceruk alami speleothem. Beberapa danau yang ditemukan Guyan Warak, Bugel, dan Tritis.
Asisten Deputi Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Kemenpar Alexander Reyaan mengatakan, standard global dikembangkan di Gunung Sewu.
“Gunung Sewu sudah siap hadapi revalidasi tahun depan. Standar yang diterapkan dunia. Sebab, acuan yang dipakai itu dunia. Gunung Sewu sudah menjawabnya hingga mendapat sertifikat Unesco dan akan divalidasi lagi 2019 nanti. Kawasan ini akan berkembang, apalagi potensinya luar biasa,” kata Alexander.
Memakai Pacitan sebagai ilustrasi, area ini punya 13 geosite. Rinciannya, 5 pantai lalu masing-masing 4 goa dan situs purbakala. Pantainya terdiri Buyutan, Kelayar, Watukarung, Serau, dan Palisan. Goanya 2 diantaranya familiar, seperti Tabuhan dan Gong. Untuk 2 lainnya, Luweng Jaran dan Luweng Ombo. Luweng Jaran ini goa horisontal dengan panjang 17 kilometer. Ada stalaktit dan stalagmit di sana.
Untuk Luweng Ombo, ini adalah goa vertikal. Diameter goanya sekitar 50 meter, kedalamannya berkisar 65 meter hingga 100 meter. Sementara situs purbakalanya ada Guyan Warak, Basoko, Song Keplek, dan Song Terus. Pada situs ini banyak ditemukan kapak genggam dari masa paleolitikum. Situs Song Terus memiliki kekayaan fosil manusia pra sejarah yang diberi nama ‘Mbah Sayem’ dan usianya 10.000 SM.
“Pemanfaatan warisan geologi harus dilakukan. Pemandu geowisata kawasan ini akan terus dikuatkan. Mereka harus bisa menjelaskan fenomena alam secara ilmiah. Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami,” tutur Penyelidik Bumi Utama Badan Geologi Oki Oktariadi.
Menghadapi revalidasi 2019, sedikitnya ada beberapa rekomendasi. Kemampuan visibilitas geopark ini akan terus didorong. Soliditas network dengan member lainnya dan selalu aktif dalam setiap pertemuan. Pemerataan event geopark, pengembangan kegiatan pendidikan, dan kompleksitas tools informasi. Ada juga pengembangan website dan optimalsiasi internet sebagai penyedia inormasi praktis. (*)