Unair: Pandemi, Layanan Kesehatan Reproduksi Perempuan Terganggu
Dari hasil penelitian Pusat Studi Gender dan Inklusi Sosial Universitas Airlangga (Unair), dikemukakan bahwa selama pandemi Covid-19 Kualitas layanan kesehatan perempuan, terutama layanan kesehatan reproduksi mengalami penurunan.
"Berkaitan dengan kesehatan perempuan tidak bisa kalau kita tidak berbicara kesehatan reproduksi. Karena hanya perempuan yang bisa hamil dan menyusui, untuk itu kesehatan perempuan membutuhkan perhatian yang spesifik sebab akan berpengaruh pada generasi yang akan datang," kata Prof Emy Susanti Hendrarso, Ketua Pusat Studi Gender dan Inklusi Sosial Unair.
Prof Emy menjelaskan, penurunan kualitas layanan kesehatan perempuan terjadi karena, banyak fasilitas kesehatan yang dulunya difungsikan untuk perempuan dan balita, ketika Covid-19 itu tutup dan konsentrasi pada kasus Covid-19.
"Layanan kesehatan untuk perempuan sebelum pandemi saja tidak banyak dan belum optimal, apalagi sekarang tutup. Bagaimana mereka bisa mengurusi kesehatannya sendiri. Karena kesehatan perempuan juga berdampak pada kesehatan anak dan keluarga," ujarnya dalam acara Women's Health: Social Capital and Resilience During Covid-19 Pandemic, Kamis, 2 Desember 2021.
Ketika para perempuan ini mengalami berbagai macam penurunan layanan kesehatan, dalam penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa perempuan dapat bertahan mempertahankan kesehatan karena memperkuat jaringan sosial lewat modal sosial.
Menurutnya, modal sosial yang dimiliki perempuan dengan teman, tetangga hingga kader kesehatan membantu mereka mendapatkan layanan kesehatan. "Modal sosial perempuan itu dia yang punya jaringan kerja, mayoritas sesama perempuan kan punya jaringan kerja lain. Sebagai perempuan hal tersebut adalah sesuatu yang membangun solidaritas sosial. Sehingga ketahanannya tinggi dan perempuan biasa saling tolong menolong," urainya.
Ia mengungkapkan, tolong-menolong sesama wanita sangat tinggi ketika Covid-19. Banyak kasus di mana ibu hamil tidak mengetahui akan kebijakan tes antigen ketika akan melahirkan di situasi Covid-19, yang menolong dan mendampingi adalah para kader yang tidak dibayar. "Pandemi Covid-19 ini semakin menonjolkan untuk menguatkan jaringan solidaritas," imbuhnya.
Selain modal solidaritas, penguatan layanan kesehatan perempuan juga bisa dilakukan dengan meningkatkan kesadaran keluarga inti. "Kebijakan suami siaga itu sangat baik. Ambulance yang disediakan untuk ibu melahirkan itu juga sangat baik," pungkas Prof Emy.