Rektor Unair: Ngotot Berangkat Silahkan, tapi Jangan Bawa Lembaga
Rektor Universitas Airlangga (Unair), Muhammad Nasih, mengatakan bahwa dirinya beserta jajaran rektorat Unair mengimbau kepada seluruh mahasiswa, pengajar dan staf di Unair untuk tidak berangkat ke Jakarta untuk mengikuti demo 'Jihad KPU' yang akan dilaksanakan pada 22 Mei 2019 esok di depan Gedung Komisi Pemilihan Umum Pusat, Jakarta.
Hal itu ia sampaikan bersama belasan rektor dari Universitas di seluruh Surabaya. Nampak hadir rektor dari Universitas Ciputra, Universitas Surabaya, ITS, Universitas Hang Tuah, UPN, Universitas Tujuh Belas Agustus dan lainnya. Hanya rektor Universitas Negeri Surabaya dan ITATs yang tak nampak hadir.
Para rektor yang hadir juga sepakat dengan keputusan yang diambil oleh Unair untuk mengimbau namun tak melarang. Menurut mereka, keputusan pribadi adalah hak pribadi seseorang.
"Kami tak melarang, tapi mengimbau untuk tak berangkat ke Jakarta dan ikut acara demo itu. Namun kalau akhirnya berangkat, tolong jangan bawa nama Unair, bawa nama pribadi saja," ujar Nasih.
Nasih berharap kepada semua orang untuk menjaga kedamaian dan iklim kondusif agar tak mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat.
"Ini sekaligus memperingati hari kebangkitan nasional ke-111, jadi kami berharap semua menjaga kebersamaan. Tak usah melakukan tindakan yang berpotensi memecah-belah," lanjutnya.
Ia menyayangkan ada pihak-pihak yang mencoba melakukan tindakan yang kurang baik dengan tujuan memecah belah. Menurutnya iklim demokrasi yang apik adalah saat menerima kekalahan dengan lapang dada.
"Ya tinggal ke jalur hukum kalau ada permasalahan, negara kita negara hukum toh," pungkasnya.
Seperti diketahui, esok lusa 22 Mei 2019, beberapa ormas keagaamaan yang berafiliasi kepada pasangan calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, menyerukan kepada masyarakat dan umat muslim khususnya untuk melakukan demo di depan gedung KPU Jakarta.
Alasan demo untuk menolak hasil penghitungan suara Pilpres 2019 yang dilakukan oleh KPU karena terindikasi terjadi kecurangan yang masif, terstruktur, dan sistematis.
Tanggal 22 Mei dipilih karena pada tanggal itu, KPU akan merilis secara resmi pemenang Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif 2019. (alf)