Unair Gagas Teknologi Hiperspektral untuk Pertanian Modern
Teknologi hiperspektral dalam pertanian saat ini memang tidak banyak dikenal. Melihat hal tersebut, Andi Hamim Zaidan, M.Si, Ph.D, bersama tim di Lembaga Ilmu Hayati Teknik dan Rekayasa (LIHTR) Universitas Airlangga menciptakan teknologi hiperspektral untuk pertanian dan budidaya perairan.
"Manfaat teknologi ini untuk pertanian cukup unik, mampu mengkarakterisasi berbagai bahan kimia dan sifat biologis tumbuhan dan tanah dengan cara menganalisa sifat reflektifnya dalam rentang sempit pita spektral," tutur dosen Fisika UNAIR tersebut pada Selasa, 6 April, 2021.
Menurut Andi Hamim Zaidan, pencitraan hiperspektral memperluas penglihatan manusia dan dapat menangkap masalah yang tidak terlihat oleh ahli agronomi. Teknologi pencitraan hiperspektral, sambungnya, memungkinkan penangkapan semua jenis variabilitas, meliputi varietas, cuaca, hingga jenis tanah.
Spektral tinggi resolusi pencitraan hiperspektral memperluas beberapa masalah potensial yang dapat diatasi dengan menggunakan spektral pencitraan.
"Pencitraan hiperspektral seperti pencitraan spektral lainnya, yakni mengumpulkan dan memproses informasi dari seluruh spektrum elektromagnetik. Panjang gelombang elektromagnet hiperspektral termasuk dalam daerah cahaya tampak (400-700 nanometer)," jelas Andi Hamim Zaidan.
Manfaat dalam Pertanian
Andi Hamim Zaidan menambahkan, pencitraan hiperspektral tersebut memiliki beragam manfaat untuk dunia pertanian. Mengukur relevansi tanaman menggunakan kamera pencitraan hiperspektral yang dipasang pada drone atau pesawat berawak, menganalisis spektrum cahaya yang dipantulkan dan mengkorelasikannya dengantanaman dan karakteristik tanah.
"Juga bisa mengidentifikasi potensi masalah pertanian seperti penyakit, kekurangan nutrisi, gulma, hingga tekanan lingkungan," imbuhnya. Selain itu, aplikasi pertanian dan budidaya perairan yang dikembangkan Zaidan dan tim memiliki beberapa manfaat. Seperti, dapat mengetahui nutrisi dan pemupukan tanaman, termasuk makro dan mikronutrien (P, K, Mg, Mn, Cu, Mn, Zn) dan dapat mendeteksi penyakit dini dan stress, misalnya penghijauan jeruk.
“Bisa mengetahui adanya indikator biofisik sepanjang fenotipe tinggi untuk mendukung pemuliaan tanaman percobaan. Analisis sifat biofisik, misalnya, LAI, biomassa, hasil, kepadatan," pungkasnya.