UNAIR akan Kukuhkan 12 Guru Besar, Hasil Penelitian Siap Dukung MBG dan Ketahanan Pangan
Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya akan kembali melaksanakan acara pengukuhkan terhadap sebanyak 12 guru besar (gubes) yang berasal dari lintas program studi dan fakultas.
Rektor UNAIR, Prof Mohammad Nasih mengatakan, pihaknya akan kembali mengukuhkan guru besar baru pada Selasa 25 Februari 2025 dan Kamis 27 Februari mendatang.
Nasih juga menjelaskan, guru besar yang akan dikukuhkan tersebut berasal dari lintas jurusan dan fakultas. Di antaranya lima gubes dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), satu gubes dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), dan enam gubes dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).
"Jadi kalau FKM posisinya di keluarga sejahtera, kalau FKH mulai dari reproduksi sampai dengan pakan dan biologi molekuler, dan seterusnya. Sesuai dengan bidang-bidang yang ada di FKH. Kemudian hari Kamis ada enam lagi, semuanya dari FISIP," ucap Nasih saat ditemui di Ruang Amerta, Kantor Manajemen Universitas Airlangga, Rabu 24 Februari 2025.
Nasih juga menjelaskan, lewat pengukuhan puluhan belasan gubes tersebut, penelitian dari para akademisi dapat disampaikan dan diimplementasikan pada masyarakat. Salah satunya adalah terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan ketahanan pangan, dalam hal suplai terhadap bahan-bahan pangan, seperti susu dan daging ayam.
"Maka bagaimana menyediakan sumber-sumber makanan yang tetap terjaga gizinya, dan tentu bisa dihasilkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Tadi kawan-kawan menyampaikan, untuk ke depan sangat luar biasa, penyediaan pakannya juga bisa diolah sedemikian rupa," ungkap Nasih.
"Jadi tidak perlu dua tahun sudah besar, ayam itu ya dua bulan cukup waktu, satu bulan juga ya sudah cukup. Itu bagaimana konsen kita, Indonesia bisa menguatkan dan punya ketahanan pangan tersendiri, termasuk sumber-sumber gizinya, termasuk berkaitan dengan telor, daging, dan lainnya, itu nanti posisi kita lebih banyak di sana,"
Dengan begitu, Nasih menyatakan, UNAIR siap untuk berkomitmen memperkuat serta mempercepat ketahanan pangan. Khususnya dalam menyediakan sumber- protein, sumber-nutrisi bergizi, dengan berbagai macam teknologi yang kita kembangkan.
"Misalnya, bagaimana ada bibit unggul untuk sapi perahnya, seperti apa untuk sapi pedaging, sapi potongnya, nah itu nanti yang bertugas di dalamnya, untuk menyiapkan. Mulai dari pra nikah, menyiapkan sperma-sperma yang unggul. Sehingga nanti ada sapi yang bagus-bagus. Ada juga embrionya, prosesnya itu banyak sekali. Itu akan kita siapkan, percepatan, dan Insya Allah siap," tegasnya.
Sementara itu, Guru Besar Bidang Ilmu Biologi Molekular Preservasi Semen Veteriner FKH UNAIR, Prof. Tatik Hernawati, akan menjelaskan orasi ilmiah berjudul "Bio-Marka Fertilitas Protein Osteopontin sebagai untuk Inovasi Kriopreservasi Semen Sapi Perah Mendukung Program Makan Bergizi Gratis".
Tatik menyebut, inovasi dalam kriopreservasi semen sapi perah, dengan memanfaatkan protein osteopontin (OPN), dapat meningkatkan produktivitas ternak sapi perah lokal, yang bertujuan mendukung program nutrisi sehat, seperti swasembada susu, makan bergizi gratis, ketahanan pangan nasional, serta mewujudkan Sustainable Development Goals atau SDGs.
Menurutnya, model seleksi memanfaatkan gen promotor osteopontin sebagai gen penciri melalui analisis fragmen DNA hasil PCR, dengan fragmen hasil amplifikasi berukuran 300–310 bp, yang lebih akurat dan efisien untuk menentukan pejantan unggul, dapat menggantikan metode konvensional yang hanya mengandalkan pengamatan fisik dan pemeriksaan makroskopis.
"Integrasi antara teknologi reproduksi molekuler berbasis gen promotor osteopontin dan suplementasi senyawa biologis seperti taurin memberikan peluang besar untuk meningkatkan angka konsepsi pada ternak sapi, kambing, dan ayam lokal hingga 30 sampai 50 persen dan mendukung kemandirian pangan nasional," paparnya.
Tatik percaya diri bahwa prospek dan arah penelitian masa depan mengedepankan integritas teknologi, peningkatan angka konsepsi, efisiensi produksi daging, kemandirian genetik lokal.
"Dengan integrasi teknologi reproduksi modern, mulai dari inovasi kriopreservasi hingga pengelolaan plasma nutfah berbasis teknologi molekuler, swasembada daging yang berkelanjutan dapat terwujud," pungkasnya.
Advertisement