Umi Wahidah, Bermimpi Rasulullah hingga Kelola Pendidikan Gratis
Bu Nyai Wahidah (akrab dipanggil Umi Wahidah), istri al-Habib Saggaf bin Mahdi Bin Syekh bin Abu Bakar bin Salim (almaghfurlah) Parung Bogor. Usianya, sudah lebih dari 50 tahun. Namun, masih sedap dipandang.
Beliau bermimpi bertemu Rasulullah SAW pada umur 21 tahun, beliau berkata:
"Saya bermimpi bertemu Rasul bukan karena ibadah saya yg rajin, bukan karena salat tahajud tiap malam, bukan karena sering puasa melainkan karena patuh & taat pada suami saya..."
Waktu itu beliau merasa di Indonesia hanya seperti pembantu, menemani dakwah sang habib ke daerah sekitar Bogor. Sedang di rumah hanya mengerjakan pekerjaan rumah, seperti mencuci baju, masak, Cuci piring, dll.
"Saya bermimpi bertemu Rasul bukan karena ibadah saya yg rajin, bukan karena salat tahajud tiap malam, bukan karena sering puasa melainkan karena patuh & taat pada suami saya..."
Suatu hari beliau sempat mengeluh dan hendak kabur balik ke Singapora, negara beliau berasal. Sehabis mencuci, beliau masuk kamar dan menyusui anak ke-3 buah, Habib Muhammad kecil. Namun beliau ketiduran. Dalam tidurnya beliau bermimpi melihat Rasulullah SAW yamg membelah roti maryam dan memberikan kepada Umi Wahida yang tertegun tanpa bicara melihat Rasulullah.
Kemudian Rasulullah memakan roti tersebut setelah selesai makan Rasulullah menaikkan jubahnya mengusapkan tangannya, seketika Umi teringat kepada suaminya yang setiap habis makan beliau juga menyingsingkan jubahnya dan melakukan hal yang sama seperti Rasulullah.
Ketika setiap habib melakukan seperti itu beliau selalu suuzzhon kepada habib mengatakan "jorok" lalu Rasulullah pergi seketika Umi bangun dan Habib masuk kamar menanyakan, "Ada apa...?".
Umi menjawab, "Saya baru bermimpi bertemu Rasulullah'. Sang habib pun membenarkan bahwasanya itu memang Rasulullah SAW.
Rahasia kecantikan beliau, katanya "Saya malah sering ke sawah dan jarang ke salon".
Pesan beliau kepada istri-istri zaman sekarang patuhlah kepada suamimu. Carilah ridha-Nya. Jangan buat suamimu marah, izinlah kepada suamimu ketika hendak keluar rumah, berdandanlah untuk suamimu jangan berdandan untuk orang lain. Kebanyakan zaman sekarang justru terbalik.
Beliau adalah seorang yang berpindah kewarganegaraan dari Singapura yang serba makmur ke pelosok Parung, Bogor. Demi mengelola Pesantren dan menggratiskan pendidikan serta biaya hidup 15.000 santri, setiap hari ia mesti berpikir keras untuk menyediakan 7 ton beras serta kebutuhan lainnya.
Cita-citanya mulia, ingin menjadikan Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School yang dikelolanya itu sebagai moda pendidikan Gratis dan berkualitas. Agar menjadi contoh bagi siapapun termasuk pemerintah kita.
Ini terbukti dengan beragam prestasi Internasional yang berhasil diraih santri-santrinya.
Kehebatannya kian nampak manakala ditinggal wafat sang suami, al-Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar bin Salim 2 tahun silam. Ia menjadi perempuan mandiri yang tak hanya berhasil menghidupi dan mendidik 7 anaknya, namun juga 15 ribu santrinya hingga kini.
Sangat Menginspirasi. Semoga kita pun seperti sabda Rasulullah mampu memberi manfaat bagi sebanyak mungkin manusia dengan kondisi dan kemampuan kita masing-masing.
Semoga bermanfaat.(adi)