Umat Islam Semakin Rindu, Meski Ribuan Tahun Rasulullah Wafat
Berdasarkan QS. Al Ahzab ayat 21, Rasulullah merupakan figur uswatun hasanah. Inspirasi perjalanan hidup Nabi, yang berhasil dalam berdakwah dalam tempo singkat, hanya dalam 23 tahun.
Rasulullah mampu mengubah masyarakat jahiliyah yang amoral menjadi masyarakat yang berlandaskan ilmu.
Pada masa itu, perempuan dianggap kelas kedua, bahkan memiliki anak perempuan dianggap sebagai aib keluarga. Status sosial juga diatur berdasarkan suku dan keturunan.
Pandangan ini disampaikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan
dalam acara Tabligh Akbar ‘Nabi Muhammad SAW sebagai Pribadi yang Paripurna’ yang diselenggarakan Universitas Gadjah Mada, belum lama ini.
“Rasulullah sukses mengubah masyarakat jahiliyah menuju masyarakat ilmiah. Ia hidup di lingkungan yang amoral. Perempuan dianggap kelas kedua, bahkan memiliki anak perempuan dianggap sebagai aib keluarga,” terang Mu’ti.
Kekuatan Akhlak Mulia
Mu’ti menegaskan bahwa kunci keberhasilan Nabi SAW terletak pada kekuatan akhlak dan keteladanan beliau. Rasulullah memuliakan perempuan dan menegaskan bahwa yang terbaik di antara kita adalah yang bertakwa kepada Allah, bukan berdasarkan suku, bangsa, atau keturunan.
Mu’ti juga menyoroti bahwa dakwah beliau, terutama saat di Mekkah, banyak mendukung masyarakat bawah, seperti Bilal, yang ditinggikan status sosialnya berkat iman dan takwanya.
“Karena itu dakwah beliau ketika di Mekkah yang paling banyak mendukung adalah masyarakat bawah, misalnya, Bilal. Bilal menjadi orang yang berada pada posisi sosial yang tinggi dengan iman dan takwanya,” tutur Mu’ti.
Meski ribuan tahun telah berlalu sejak wafatnya Rasulullah, cinta umat Islam kepada beliau tetap luar biasa kuat. Ini adalah bukti nyata akan kekuatan akhlak yang begitu mulia. Ziarah di masjid Nabawi dan beribadah di Raudhah adalah momen di mana orang-orang berebut untuk merasakan kedekatan dengan figur yang dirindukan ini.
Rasulullah tetap menjadi teladan dan inspirasi yang tak tergantikan bagi umat Islam, dan cinta kepada-Nya terus berkembang seiring berjalannya waktu.
“Ribuan tahun Rasulullah wafat, kita semua tidak bertemu tetapi cinta kita kepada beliau sungguh luar biasa. Ini menjadi bukti betapa luar biasanya kekuatan akhlak itu. Ziarah di masjid Nabawi dan beribadah di Raudhah.
"Sampai orang itu berebut di situ. Inilah bukti betapa Rasulullah merupakan figur yang dirindukan akibat akhlaknya yang begitu mulia,” ujar Mu’ti.
Advertisement