Umat Islam Berduka, KH Nawawi Sidogiri, Ulama Zuhud Itu Wafat
Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri, KH A Nawawi Abdul Djalil, meninggal dunia, Minggu 13 Juni 2021, pukul 14.40 WIB. Mustasyar PBNU ini mengembuskan nafas terakhir di RS Raci Bangil, Pasuruan, setelah sebelumnya mendapatkan perawatan selama 4 hari di RS Lavalette Malang.
"Mohon doa terbaik untuk KH Nawawi Abdul Jalil (PP Sidogiri, Mustasyar PBNU yang wafat sore ini. Alfatihah!" Demikian kata H Marsudi Syuhud, Ketua PBNU, mengabarkan.
KH Nawawi Sidodigir dikenal sebagai Kiai Sepuh (Kiai Khos) yang dihormati di lingkungan Nahdlatul Ulama. Dalam Muktamar ke-33 NU di Jombang, Kiai Nawawi duduk sebagai anggota Ahlul Halli Wal-Aqdi (AHWA) yang bermufakat untuk menentukan kepemimpian di dalam organisasi Islam berdiri 1926 ini.
Kiai Nawawi Abdul Djalil menjadi rujukan umat Islam, bukan hanya di daerahnya, Pasuruan, melainkan juga dari pelbagai kalangan di Indonesia. Yusril Ihya Mahendra, di antaranya, tercatat sebagai tamu penting Kiai Nawawi Abdul Djalil ketika menghadapi permasalahan dalam kehidupan bernegara.
Ulama Zuhud
Kiai Nawawi sebelum menjadi pengasuh Pesantren Sidogiri, telah menjadi perhatian umat Islam. Karena kelebihan dan kealimannya. Ia pun dikenal sebagai ulama zuhud.
Tentang kezuhudan Kiai Nawawi Abdul Djalil ada kisah menarik. Suatu ketika, Kiai Nawawi menuju perjalanan ke Surabaya dengan mengemudikan mobil.
Namun, ketika pulang, Sang Kiai tidak membawa mobil yang membawanya ke Surabaya tersebut. Mobil itu ditinggalkan begitu saja dan Kiai Nawawi pulang dengan naik bus.
Seseorang akhirnya menelusuri nomer polisinya (plat nomor) mobil itu dan mengetahui bahwa ternyata mobil tersebut milik Kiai Nawawi.
Orang tersebut lalu memberitahu kepada Kiai Nawawi bahwa mobilnya tertinggal. Dengan entengnya Kiai Nawawi menjawab, "Saya lupa kalau saya ke Surabaya membawa mobil sendiri". Subhanallah...
Dunia benar-benar tak ada artinya di hati beliau. Inilah salah satu bukti, Kiai Nawawi memang sangat zuhud. Kiai Nawaawi sampai lupa kalau membawa mobil.
Kita pun berduka, umat Islam Indonesia dan khususnya warga Nahdliyin kehilangan ulama yang menjadi panutannya.