UM Surabaya Ajak Mahasiswa Singapura Rancang K3 Petani Siwalan
Implementasi Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) bekerja sama Singapore Polytechic melakukan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Learning Express (LeX).
Program ini akan dilaksanakan selama 12 hari dengan peserta 60 mahasiswa, 30 mahasiswa berasal dari Singapura, dan 30 lainnya adalah mahasiswa UM Surabaya.
Wakil Rektor (Warek) III UM Surabaya Bidang Kerjasama Internasional, Mundakir mengatakan, LeX merupakan program pembekalan mahasiswa dengan pola pikir design thinking dalam konteks inovasi sosial.
Dalam program kali ini, para mahasiswa diajak untuk membuat pola Keselamatan Kerja (K3) bagi para petani Siwalan di wilayah pesisir Lamongan, Jawa Timur.
"Kami membawa mereka (mahasiswa Singapura) ke wilayah Paciran, Lamongan. Disana mereka melakukan observasi bagaimana cara kerja petani siwalan yang masih menggunakan cara-cara tradisional," kata Mundakir ditemui saat penyambutan mahasiswa di UM Surabaya.
Ia menjelaskan, dalam program ini diharapkan para mahasiswa mendapatkan pengalaman baru dan bisa berbaur dengan masyarakat Indonesia, khususnya Surabaya.
"Program ini adalah pembelajaran kolaboratif dan project sosial, juga relevan dengan MBKM. Yang kami harapkan dalam program ini ada identifikasi masalah yang dilakukan dan bagaimana cara mengatasinya dengan pendekatan sederhana ke masyarakat," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UM Surabaya menambahkan, ada tiga permasalahan yang difokuskan dalam program ini. Pertama adalah keselamatan kerja petani siwalan, kedua produk ramah lingkungan dan ketiga upaya peningkatan produktivitas para petani.
"Keselamatan kerja para petani siwalan menjadi fokus utama dalam project ini. Karena mayoritas petani berusia lanjut dan tetap semangat untuk memanen dengan cara memanjat pohon siwalan," terangnya.
Disisi lain, Cyrine Jossa, Dosen Pendamping Singapore Polytechic menambahkan, KKN LeX adalah program yang ditujukan agar mahasiswa berpikir kritis mengenai persoalan di masyarakat sekitar.
"Misalnya seperti ini, ketika para mahasiswa memberikan solusi, dia akan menghabiskan waktu untuk berbicara pada masyarakat mengenai permasalahan. Di sini mereka juga bisa belajar berbedan budaya dan bagaimana mengatasinya," kata Cyrine.
Sebelum merancang solusi mengenai K3 petani siwalan, para mahasiswa akan tinggal beberapa hari di desa.
"Para mahasiswa sudah menyusun pertanyaan untuk ditanyakan pada petani, pemilik atau masyarakat sekitar mengenai masalah tersebut. Ini akan dilakukan selama mereka tinggal di desa," tandasnya.
Advertisement