Ulat Sagu, Protein Favorit Atlet PON Dicicipi Artis dan Pejabat
Artis Sahila Hisyam sempat singgah di Mimika, Papua. Dia datang untuk mendukung jagoannya di laga PON XX Papua. Selain itu, perempuan yang pernah dekat dengan Vicky Prasetyo itu mencoba hal baru yang khas dari Papua. Sahila Hisyam mencicipi kuliner ulat sagu.
Meski terlihat ekstrem, nyatanya larva dari kumbang merah kelapa ini rasanya enak dan bergizi sehingga menjadi favorit para atlet PON Papua. Salah satunya ialah Oto Gideon. Atlet binaraga ini mengonsumsi ulat sagu untuk menambah massa otot.
"Ulat sagu proteinnya bagus. Papua kaya dengan protein yang begitu luar biasa. Saya kira di Papua tidak ada yang kurang," kata peraih emas PON XX Papua kelas 65 kg itu.
Selain itu, Edoardus Apcowo, peraih emas binaraga di kelas 75 kg PON XX Papua itu memakan olahan ulat sagu yang dibakar lalu dibungkus dengan lalapan daun. "Sangat cocok buat protein tubuh," aku dia.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil malah menantang Walikota Bogor Bima Arya dan Wakil Bupati Bandung Barat sekaligus aktor Hengky Kurniawan untuk makan ulat sagu. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk pertama kalinya juga menjajal makan ulat sagu.
Awalnya, Erick Thohir sempat ragu, dan kemudian mencicipi langsung dengan raut wajah yang datar. Meski rasa dan teksturnya asing di lidah, namun mantan bos Inter Milan itu memahami banyak khasiat didapat untuk tubuh dari ulat sagu.
Sensasi Rasa Ulat Bulu
Konon, rasa ulat sagu mirip dengan sensasi menyantap potongan lemak daging sapi, namun dengan semburat rasa gurih yang lebih kuat. Ada juga yang menyebut rasanya mirip ikan salmon.
Harga Ulat Bulu
Harga ulat sagu di sejumlah lokasi kuliner di Papua dibanderol seharga Rp 45.000 hingga Rp 50.000 per 25 ekor. Di alam, ulat tersebut mudah didapat di perkebunan pohon sagu.
Asal Usul Pohon Sagu
Sagu lebih dulu menjadi makanan pokok sebagian besar penduduk Nusantara. Hingga pada pertengahan abad ke 19, ketenaran sagu tergantikan nasi. Nasi yang dalam bahasa Jawa berarti sego, mirip dengan kata sagu dengan penggantian huruf vokal. Tak hanya itu, orang Sunda menyebutnya sangu alias bekal. Kedua kata tersebut begitu lekat dengan nama sagu yang kini hanya ditemui di Indonesia Timur.
Keberadaan sagu juga didokumentasikan oleh Marco Polo pada abad ke-13. Dalam penjelajahannya ke Sumatera alias Negeri Fansur, sagu diolah menjadi kue dan dikonsumsi masyarakat setempat. Marco Polo mencicipinya, bahkan membawanya pulang ke Italia.
Sari pati sagu berasal dari batang pohon sagu dengan nama ilmiah Metroxylon sp. Habitanya mudah dijumpai pada daerah dengan kadar air yang melimpah. Ada tradisi di Papua yang bernama pangkur sagu dengan tahapan pembuatannya menggunakan alat tradisional.
Apa Itu Ulat Sagu?
Ulat sagu merupakan larva dari kumbang yang hidup di batang sagu. Ulat sagu biasanya ditemukan di batang pohon sagu yang sudah tua atau tumbang dan membusuk. Bagian pohon sagu itu dipenuhi dengan zat tepung yang menjadi makanan ulat sagu.
Ulat sagu memiliki ciri tubuh berwarna putih, kepala berwarna coklat. Tubuh ulat sagu tampak gemuk-gemuk, biasanya memiliki ukuran mencapai tiga hingga empat sentimeter. Ulat lagu juga dikenal dengan nama latin Rhynchophorus ferrugineus.
Modernisasi mempermudah dan mempercepat pembuatan sagu. Setelah pohon sagu tumbang, saatnya membelahnya. Bilah kayu sagu memiliki tekstur dengan serat yang banyak. Dahulu hanya menggunakan alat kayu dibentuk semacam kapak, mampu memecah serat batang sagu, namun dengan proses yang lama. Kini menggunakan mesin giling serat batang sagu seketika hancur.
Sari Pati Sagu
Hanya batang sagu saja yang dapat dijadikan kudapan. Kulit batang dan daun biasanya dimanfaatan sebagai atap rumbia atau kayu bakar. Habitat pohon sagu yang penuh air memudahkan pembuatan sari pati sagu. Tahap selanjutnya ialah memeras sagu untuk diendapkan sari patinya.
Parutan sagu kemudian disaring dengan air mengalir. Pelepah sagu, dahulu terpal akan digunakan menjadi media pengendapan. Layaknya memeras santan kelapa, ampas sagu akan tersaring, menyisakan ampas sagu yang biasa dipakai untuk pakan ternak.
Air berisi sari pati sagu akan didiamkan agar mengendap. Pati sagu sama bentuknya seperti pati tepung karbohidrat lain, putih bersih dengan tekstur yang lembut. Satu pohon sagu dapat tumbuh hingga 30 meter, di dalamnya terkandung tepung sagu sebanyak 150 hingga 300 kilogram.
Tepung sagu inilah yang menjadi bahan baku utama pembuatan aneka makanan pokok, biasanya sagu juga diolah menjadi papeda, atau bubur lengket dengan rasa tawar. Selain itu kreasi kue kering juga mudah ditemukan sebagai camilan berbahan dasar tepung sagu.
Kini di Pulau Jawa sudah tak menggunakan tepung sagu. Bahkan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Kepulauan Nusa Tenggara telah beralih dengan padi. Hanya Pulau Maluku dan Papua yang menjadikannya sebagai makanan utama. Hal ini dikarenakan revolusi padi membuat pola makanan pokok berubah. Padahal sagu menyuguhkan kebutuhan pangan dengan karbohidrat yang tinggi, rendah gula dan lemak.
Kandungan Nutrisi Ulat Sagu
Berdasarkan penelitian, ulat sagu berprotein 9,34 persen atau hampir separuh dari daging merah yang mencapai 28 gram lebih protein per 100 gram konsumsi. Hewan itu juga mengandung beberapa asam amino esensial, seperti asam aspartat (1,84 persen), asam glutamat (2,72 persen), tirosin (1,87 persen), lisin (1,97 persen) dan methionin (1,07 persen).
Manfaat Konsumsi Ulat Sagu
1. Membangun otot
Kandungan protein yang ada dalam ulat sgau, berfungsi untuk membangun sekaligus memperbaiki sel dan jaringan tubuh seperti tulang, otot, juga kulit. Selain itu, protein juga membantu proses pembentukan enzim, hormon, dan senyawa kimia lainnya.
2. Mencegah berbagai penyakit
Ulat sagu juga mengandung berbagai asam lemak baik, seperti asam oleat, omega 3, omega 6, dan omega 9, yang dipercaya dapat mengurangi peradangan pada tubuh sehingga menurunkan risiko penyakit Alzhiemer, depresi, asma, dan rematik. Asam lemak juga banyak dibuat menjadi suplemen untuk menurunkan kadar trigliserida tinggi yang jadi penyebab penyakit jantung.
3. Meningkatkan suasana hati dan performa olahraga
Berbagai jenis asam amino, seperti isoleucine, leucine, histidine, dan phenylalanine. Asam amino tersebut membantu produksi serotonin, yaitu zat kimia otak yang dapat memperbaiki suasana hati dan siklus tidur. Selain itu, asam lemak ini juga dapat memulihkan kembali otot yang rusak lebih cepat serta mengurangi nyeri otot setelah olahraga.
4. Membantu meningkatkan kecerdasan
Kandungan protein yang tinggi dalam ulat sagu juga mampu meningkatkan knerja otak, sehingga bisa membantu menambahkan kecerdasan serta mencegah pikun, terutama pada anak yang masih dalam masa pertumbuhan.
5. Kaya Protein
Salah satu faktor utama yang membuat ulat sagu menjadi favorit dan banyak dikonsumsi adalah karena hewan ini merupakan salahsatu sumber protein yang sangat baik bagi tubuh. Tubuh memerlukan protein sebagai salahsatu bahan penting dalam metabolisme, pembentukan tulang dan otot, menstabilkan hormon dan enzim juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh, bahkan hingga membantu memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.
Advertisement