Ulama Memiliki Cahaya dari Rasulullah, Pesan Kiai Abdullah Saad
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Inshof Karanganyar Solo, KH. Abdullah Saad mengingatkan, predikat ulama tidak cukup berilmu saja. Namun, juga harus memiliki hubungan ruh dan cahaya dengan Nabi Muhammad SAW.
“Ulama-ulama pesantren, khususnya di lingkungan NU, kita yakini punya hubungan kepada Rasulullah,” tuturnya.
Mengapa harus seperti itu? Karena syuhuduka ila hadrotil muhammadiyah. Kesaksianmu dan kemantapanmu kepada Nabi Muhammad itu lah yang dibutuhkan untuk memberi pencerahan kepada orang lain.
Kiai Saad menjelaskan, setiap orang islam yang mendapatkan nikmat dari Allah sudah selayaknya wajib mengingat kepada Rasulullah karena hakekatnya beliau lah yang berperan dalam nikmat itu.
“Sebab Rasulullah kita bisa tahu syariat Islam, bisa tahu caranya bersyukur. Maka di situ lah kenapa kita harus banyak-banyak mengingat Rasulullah,” tandasnya.
Kiai Saad kemudian menjelaskan ungkapan Imam Fakhruddin Al-Faiz yang menyebut Al-Quran merupakan obat yang dahsyat. Untuk itu, Al-Qur’an harus dibawakan oleh dokter yang cerdas. Siapa itu? Tidak lain adalah Nabi Muhammad SAW.
Kiai Saad kemudian mengibaratkan ada orang sakit kemudian masuk apotek tetapi tidak paham kadar obat yang pas. Maka yang terjadi adalah overdosis.
“Begitu juga jika ada orang menyampaikan Al-Qur’an, tetapi tidak sambung kepada Rasulullah, maka bisa jadi juga ia overdosis sehingga perilakunya tidak mencerminkan akhlak Al-Qur’an,” jelasnya.
“Bukan salah Al-Qur’annya, tetapi karena ia tidak merasa diarahkan oleh Rasulullah sebagai dokter yang amat cerdas dan mengerri kadar obat itu tadi,” tuturnya.
Ulama, kata jamak dari kata tunggal "Aliim". Secara literal berarti orang-orang yang berilmu. Kata ini disebut dalam Al-Qur'an :
انما يخشى الله من عباده العلماء
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di kalangan hamba-hamba-Nya hanyalah ulama". (Q.s .Fathir, 28).
*) Sumber: Pengajian Umum Semarak Peganjaran Bersatu di Lapangan Desa Peganjaran, Jumat (15/03/2019).