Ulama Kharismatik Kediri Gus Lik Wafat, Ini Sosoknya
Berita duka, ulama kharismatik KH Dauglas Toha Yahya, yang lebih dikenal sebagai Gus Lik. Ia meninggal dunia di RS Bhayangkara Kediri pada Sabtu, 21 September 2024 pukul 22.30 WIB.
Kabar wafatnya pengasuh Pondok Pesantren Assa'idiyyah, Jamsaren, Kediri dibenarkan pihak keluarga melalui media sosial. "Benar mas, tadi malam sekitar jam 22.30," kata Gus War, salah satu keluarganya.
Sebelum wafat, Gus Lik sempat dirawat di rumah sakit tersebut selama beberapa hari terakhir. Almarhum akan dikebumikan pada Minggu, 22 September 2024.
Seusai tiba dari rumah sakit, jenazah almarhum disemayamkan di salah satu ruangan di dalam pondok. Kabar kepergian Gus Lik memantik duka di kalangan jemaah yang dikenal dengan Jamaah Langgar Kulon.
Ribuan jemaah dari berbagai wilayah Kediri dan sekitarnya tampak mendatangi Pondok Pesantren Assa'idiyyah untuk mengantarkan Gus Lik ke peristirahatan terakhir.
Hanya selang beberapa menit setelah kabar duka tersebut terdengar, jalanan depan Pondok Pesantren Assa'idiyyah yakni jalan HOS Cokroaminoto, Kelurahan Jamsaren, Pesantren, Kota Kediri dipadati jemaah. Isak tangis terdengar di antara para jemaah, baik pria dan wanita.
Hingga lewat dini hari, jemaah yang mendoakan Gus Lik terus berdatangan. Pihak pondok mengizinkan jemaah memasuki area pondok pesantren untuk ikut menyolati jenazah Gus Lik secara bergantian. Para jemaah pun bergantian masuk untuk ikut mendoakan almarhum.
Gus Lik merupakan keluarga besar Pengasuh Pondok Pesantren Assa’idiyah dikenal santun dan rendah hati. Kepergian Gus Lik sangat meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan para Jamaah Langgar Kulon, semasa hidupnya dijadikan sarana untuk menyebarkan ilmu agama.
Gus Lik lahir dari pasangan KH Said dan Nyai Maemunah di Banjar Mlati. Latar belakang ini menjadikan hubungan eratnya dengan sejumlah pesantren besar di Kediri.
Gus Lik dikenal sebagai sosok kyai kharismatik dan nyentrik dari Kelurahan Jamsaren, Kota Kediri, Jawa Timur. Selama ini, Gus Lik selalu menjadi panutan bagi ribuan, bahkan jutaan jamaah yang menantikan pengajiannya. Banyak jamaah merasakan keberkahan dari pengajian yang diadakannya, sehingga mereka terus berbondong-bondong menghadiri acara tersebut.
Rendah hati menjadi salah satu alasan mengapa pengajian selalu ramai, baik oleh jamaah dari Kediri maupun luar daerah. Penampilannya yang sederhana, tanpa barang mewah atau pakaian glamour, sering membuat para ulama lain terkesan. Gus Lik biasanya mengenakan kemeja berwarna gelap dan celana panjang, menunjukkan fokusnya pada misi dakwah, bukan pada penampilan fisik.
Walaupun tubuhnya semakin kurus dan wajahnya dipenuhi keriput, semangatnya dalam berdakwah tidak pudar. Ia tetap aktif mengisi undangan pengajian di berbagai daerah sekitar Kediri, termasuk pengajian rutin pada malam Rabu dan Jumat.
Dalam setiap ceramahnya, Gus Lik menghadirkan pembawaan yang ringan, namun tetap disertai wibawa dan kharisma yang mengesankan para jamaah. Keistimewaan yang dimiliki Gus Lik sangat terasa bagi para jamaahnya. Mereka terpesona dan tergerak untuk lebih khusyuk dalam berdoa.
Tak jarang, air mata mengalir di wajah para pengikutnya sebagai ungkapan rasa syukur dan haru atas nasihat serta doa yang disampaikan oleh sosok ulama besar ini. Meskipun Gus Lik telah tiada, kenangan dan pengaruh positif yang ditinggalkannya akan terus hidup di hati para jamaahnya.